Minyak atsiri umum digunakan sebagai aromaterapi dan industri mulai dari industri makanan & minuman sampai dengan industri kosmetik. Kualitas dan kemurnian minyak atsiri tidak hanya mempengaruhi efek teraupik, aroma, warna dan rasa, tapi juga ke harga. Semakin tinggi kualitas dan kemurniannya, maka akan semakin tinggi harganya.
Beberapa aspek kualitas dan kemurnian atsiri tersebut dapat terukur secara olfaktori yang mana sangat subyektif, namun beberapa parameter dapat diukur secara kuantitas menggunakan alat atau instrumen. Adapun parameter kualitas dan kemurnian minyak atsiri yang dapat diukur dengan instrumen di Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBKK) antara lain:
1. Kandungan komponen
Untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri umumnya menggunakan Gas Chromatography and Mass Spectrometry (GC-MS). Kromatografi gas dan spektrometer massa merupakan dua alat terpisah namun seringnya digunakan bersamaan.
Cara kerja kromatografi gas berlangsung dalam mesin kromatograf gas. Minyak atsiri menguap gas carrier intert (misal, helium) dan mengalir melalui tabung berlapis senyawa kimia dengan sifat khusus. Minyak atsiri tersusun dari beberapa komponen aromatik, tiap senyawa berinteraksi dengan bahan senyawa kimia pada dinding tabung dengan berbagai cara. Sehingga, masing-masing senyawa akan ter-elusi atau bergerak melalui tabung dengan kecepatan yang berbeda-beda. Suatu senyawa bergerak lebih cepat jika memiliki interaksi yang sedikit dengan senyawa yang melapisi tabung dan sebaliknya. Sebuah detektor pada ujung tabung mengukur kapan dan seberapa banyak senyawa yang keluar tabung.
Spektrofotometri massa memiliki 3 bagian dasar yakni sumber ion, detektor massa, dan sebuah analyzer. Setelah sampel minyak atsiri terpisah per-senyawa selama kromatografi gas, senyawa akan ter-ionisasi. Senyawa tertabrak aliran elektron yang menyebabkan molekul netral terpecah dan menjadi ion. Ion-ion tersebut akan terkirim ke beberapa seri medan magnet, dimana mereka akan berinteraksi berdasar berat molekul dan muatannya. Pada pembacaan spektrometer massa, tiap senyawa muncul sesuai masing-masing puncaknya (“peak”) berdasarkan kuantitas, massa dan muatannya. Seperti halnya sidik jari, puncak-puncak tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi senyawa aromatik pada minyak atsiri tertentu. (St-Gelais, 2019)
2. Putaran Optis
Penting untuk mengetahui apakah suatu material memiliki putaran dekstro (ke arah kanan) atau levo (arah kiri). Umumnya minyak atsiri dari daerah tertentu memiliki standar kisaran putaran optis tertentu. Hal ini menjadi pembeda dengan minyak atsiri daerah lain atau minyak atsiri sintesis. Sebagai contoh, minyak cendana India yang memiliki kisaran putaran optis antara -13 sampai -20, jika ada minyak cendana lain yang memiliki kisaran putaran optis di luar itu diperkirakan ada pencampuran dengan varietas minyak cendana dari Afrika. Namun, minyak cendana yang berada di kisaran tersebut belum tentu “asli” dan harus dicek dengan parameter lain seperti GC dan olfactory. Putaran optis dapat diukur menggunakan polarimeter (manual atau digital).
3. Berat jenis dan indeks bias
Berat jenis merupakan perbandingan berat suatu senyawa dengan berat air dengan volum dan pada pada suhu tertentu. Berat jenis sering dihubungkan dengan fraksi berat komponen-komponen yang terkandung didalamnya. Semakin besar fraksi berat yang terkandung dalam minyak, maka semakin besar pula nilai densitasnya. Berat jenis dapat diukur menggunakan piknometer atau densitimeter.
Indeks bias adalah perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias pada suhu tertentu. Semakin banyak komponen berantai panjang seperti sesquiterpen atau komponen bergugus oksigen ikut tersuling, maka kerapatan medium minyak atsiri akan bertambah sehingga cahaya yang datang akan lebih sukar untuk dibiaskan. Hal ini menyebabkan indeks bias minyak lebih besar. Di sisi lain, kandungan air menyebabkan nilai indeks semakin kecil dikarenakan sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Indeks bias dapat diukur menggunakan refraktometer.
4. Kelarutan
Umumnya kelarutan minyak atsiri diukur dalam bentuk larutan encer dalam alkohol absolut. Uji kelarutan dalam alkohol penting dilakukan untuk mengecek senyawa berat yang kemungkinan tidak terdeteksi oleh parameter lain termasuk GC. Kelarutan dalam air terkadang juga diperlukan, misalnya pada minyak cendana, untuk mengecek adanya material larut air .
5. Bilangan Asam
Umumnya minyak atsiri mengandung sedikit asam lemak bebas, sehingga lebih umum dinyatakan dalam bilangan asam dibandingkan persen asam. Bilangan asam meningkat seiring umur, khususnya jika minyak atsiri tidak disimpan dengan baik dikarenakan oksidasi aldehid dan hidrolisis ester. Oleh karena itu, sebaiknya minyak atsiri disimpan dalam wadah kedap udara dan kondisi gelap.
REFERENSI
FERYANTO. 2007. Parameter Kualitas Minyak Atsiri [Online]. http://ferry-atsiri.blogspot.com/2007/11/parameter-kualitas-minyak-atsiri.html. [Accessed 18 November 2019].
ST-GELAIS, A. 2019. The Highs and Lows of GC-MS in Essential Oil Analysis [Online]. https://tisserandinstitute.org/highs-lows-gc-ms-essential-oil-analysis/. [Accessed 18 November 2019].