Aplikasi Fasa Cair Hasil Pirolisis Limbah Plastik Sebagai Solven dan Bahan Bakar
Rahyani Ermawati
Aplikasi Fasa Cair Hasil Pirolisis Limbah Plastik Sebagai Solven dan Bahan Bakar
Pembuangan limbah plastik dan penggunaan berlebihan bahan bakar fosil telah menyebabkan masalah lingkungan di dunia. Plastik dan minyak bahan bakar yang berasal dari hidrokarbon yang mengandung unsur karbon dan hidrogen . Perbedaan antara mereka adalah bahwa molekul plastik memiliki rantai karbon yang lebih banyak dibandingkan Liquid Petroleum Gas (LPG), bensin, dan bahan bakar diesel . Oleh karena itu, sangat memungkinkan untuk mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memahami dan mengoptimalkan proses pirolisis plastik untuk memaksimalkan produk solvent dan solar. Pirolisis polietilena (PE) telah diteliti baik secara teoritis maupun eksperimen dalam reaktor pirolisis skala laboratorium dan semi pilot dengan kapasitas 5 (lima) kg. Faktor yang berpengaruh terhadap proses pirolisis yaitu suhu reaksi dan jenis katalis telah diteliti dan diidentifikasi pada penelitian sebelumnya. Suhu untuk perengkahan PE proses pirolisis adalah pada 350 ºC. Waktu tinggal lama selama proses pirolisis hanya sekitar 1 jam untuk menghasilkan produk hidrokarbon ringan atau fase cair. Pengaruh faktor-faktor lain seperti jenis katalis juga telah diteliti. Dari kajian literatur, reaksi pirolisis terdiri dari tiga langkah progresif : inisiasi, propagasi, dan terminasi. Reaksi Inisiasi perengkahan molekul polimer besar menjadi radikal bebas. Radikal bebas dan spesies molekul dapat lebih terjadi perengkahan menjadi radikal yang lebih kecil dan molekul selama reaksi propagasi. Pada akhirnya, radikal akan menggabungkan bersama-sama menjadi molekul yang stabil, yang merupakan reaksi pemutusan. Proses ini mengubah hidrokarbon berat menjadi gas atau produk cair ringan dan secara signifikan. Produk dari pirolisis melewati kondensor (proses I) bahan baku PE 4000 g dengan penambahan katalis Residual Catalityc Cracking (RCC) 10%, aditif (CaCO3) 1% didapatkan fase cair 4000 ml, hasil samping gas 23% dan limbah padat 2%. Pada proses tanpa melewati kondensor didapatkan fase cair 3800 ml, hasil gas samping 25,5 % dan residu 3,25%. Fase cair yang terbentuk dilakukan proses fraksinasi dan didapatkan beberapa fraksi berdasarkan perbedaan suhu yaitu fraksi pertasol, Low White Spirit (LAWS) dan fraksi solar. Pada proses pirolisis melewati kondensor (proses I) diperoleh yield pertasol 19.3 % dan LAWS 16.60 % dikelompokkan sebagai solvent, sedangkan solar 50.76 % dengan residu 13.34 %. Adapun solar yang terbentuk pada proses I mempunyai angka setana sebesar 55 dan kandungan sulfur 80 ppm. Pada proses tanpa melalui kondensor (proses II) diperoleh yield pertasol 17%, LAWS 22%, solar 52% dan residu 9 %. Solar yang terbentuk pada proses II ini memiliki angka setana sebesar 58 dan kandungan sulfur 150 ppm. Berdasarkan standar, solar tipe 51 memiliki angka setana sebesar 51 dan kandungan sulfur maksimum 500 ppm. Dari kedua proses pirolisis tersebut memiliki kualitas mutu lebih tinggi dibandingkan dengan solar tipe 51 karena memiliki angka setana yang lebih tinggi dan kandungan sulfur lebih rendah. Solar hasil pirolisis tersebut dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar roda empat maupun genset. Residu yang terbentuk dapat dipakai sebagai bahan oli . Gas hasil pirolisis mempunyai kandungan utama berupa propan, metan, butan, dan etana dengan nilai kalori sebesar 1.548 BTU/FT3 pada proses dengan melewati kondensor (proses I) dan nilai kalor sebesar 1.111 BTU/FT3 pada proses tanpa melalui kondensor (proses II). Gas hasil pirolisis tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar (fuel) gas dengan menghilangkan gas CO dan CO2. Proses purifikasi gas dilakukan dengan melewatkan gas melalui larutan CaCO3 ataupun dengan melewatkan melalui activated carbon. Kemudian gas ditampung dalam bag penampung gas dan dilakukan penabungan, gas tersebut dapat digunakan untuk pemanasan pada proses pirolisis. Solvent pertasol dan LAWS hasil proses pirolisis yang terbentuk diaplikasikan pada industri cat yaitu pada produk cat alkid dibandingkan dengan solvent pertasol dan LAWS yang ada di pasaran. Produk cat alkid yang menggunakan solvent pertasol dan LAWS hasil pirolisis di aplikasikan pada plat besi didapatkan bahwa kualitas cat sama dengan cat alkid yang menggunakan solvent pertasol dan LAWS yang ada di pasaran. Solar yang didapatkan pada proses pirolisis memiliki karakteristik yang lebih dari solar 51, sehingga dapat dibandingkan dengan bahan bakar pertadex. Untuk uji performa solar tipe 58 untuk kendaran roda empat menunggu hasil yang dilakukan di BTMP-BPPT. Berdasar perhitungan teknoekonomi keuntungan yang diperoleh satu kali proses dengan memanfaatkan limbah plastik ada selisih harga sebesar Rp30.306 - 34.194,00. Disamping memiliki keuntungan, teknologi ini juga dapat mengatasi masalah lingkungan yaitu mengurangi adanya limbah plastik.
Pemanfaatan Gas Hasil Samping Pirolisis Sampah Plastik Sebagai Bahan Bakar
Siti Naimah
Pemanfaatan Gas Hasil Samping Pirolisis Sampah Plastik Sebagai Bahan Bakar
Pemusnahan limbah plastik dengan cara pembakaran (incenerator) kurang efektif dan beresiko sebab akan menghasilkan polutan dari emisi gas buang (CO2, CO, NOx dan SOX) dan beberapa partikulat pencemar lainnya sehingga diperlukan cara pengolahan lain untuk mengolah sampah plastik. Pada proses pirolisis, limbah plastik akan diubah menjadi fraksi cair, residu bahan padat, dan fraksi gas. Gas yang tidak terkondensasi berupa gas H2, CO, CO2, CH4, C2H2, C2H4, C2H6, methyl-acetylane, propylene, C3H6 dan nC4H10 diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Pada penelitian ini dilakukan dengan dua metode yaitu pertama, gas hasil pirolisis dialirkan melalui kondensor seperti penelitian sebelumnya (tahun 2015). Kedua, melakukan pengembangan metode yaitu gas hasil pirolisis dialirkan melalui tangki air. Dengan menggunakan GC system kombinasi antara detector TCD dan FID didapatkan karakteristik gas yang terbentuk. Pada metode pertama dihasilkan gas hidrogen 9.10 %, metana 4.73 %, etana 4.62 % dan propana 12.16 % dengan nilai kalori 1.209,2458 BTU/FT3. Pada metode kedua dihasilkan gas hidrogen 9,13 %, metana 10,05 %, etana 7,38% dan propana 21,62 % serta nilai kalori 1. 548,42 BTU/FT3. Sebelum dimanfaatkan, gas hasil samping pirolisis dipurifikasi untuk menghilangkan pengotor menggunakan CaCO3 atau kolom purifikasi yang terdiri dari batu kerikil, pasir, silika gel serta karbon aktif. Gas yang sudah dipurifikasi kemudian dimasukkan ke dalam tabung untuk disimpan. Pengemasan dalam tabung memudahkan dalam penyimpanan dan aplikasi. Penggunaannya gas dapat diaplikasikan pada kompor gas, burner proses pirolisis serta genset
Pengembangan dan Aplikasi Kemasan Pintar (Smart Packaging) Untuk Produk Pangan Olahan
Wiwik Pudjiastuti
Pengembangan dan Aplikasi Kemasan Pintar (Smart Packaging) Untuk Produk Pangan Olahan
"Penelitian Pengembangan Dan Aplikasi Kemasan Pintar (Smart Packaging) Untuk Produk Pangan Olahan dilakukan untuk untuk mendapatkan jenis kemasan baru dengan penggunaan indikator yang dapat mengetahui kondisi produk dalam kemasan. Bahan kemasan yang digunakan berupa polimer Polyvinyl Alcohol (PVOH) dengan bahan indikator berupa dye mixture yang merupakan campuran antara Brom Thymol Blue (BTB) dengan Metil Merah yang merupakan indikator pH. Hasil uji coba menunjukkan bahwa indikator dye mixture tidak dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan produk susu pasteurisasi yang mempunyai range pH 6,9-7,00. Dilihat dari kenampakan fisik, dye mixture yang diaplikasikan pada produk makanan olahan seperti misalnya keju, tofu, siomay dan daging segar menyebabkan perubahan warna dari semula hijau kekuningan menjadi hijau jernih, setelah makanan olahan tersebut disimpan selama 4 jam. Dye mixture hanya bekerja efektif pada rentang pH diatas 7 (basa), sehingga tidak dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan produk ikan segar karena kerusakan ikan memberikan efek perubahan pH dengan rentang kecil (6,96 – 7,00).
Kata kunci : smart packaging, indikator, dye mixture, PVOH"
Optimalisasi Konversi Bioetanol Menjadi Bioetilen Sebagai Substitusi Bahan Baku Plastik Polietilen
Yemirta
Optimalisasi Konversi Bioetanol Menjadi Bioetilen Sebagai Substitusi Bahan Baku Plastik Polietilen
Optimalisasi konversi bioetanol menjadi bioetilen dilakukan untuk mencegah kebocoran yang ada pada reaktor serta mengoptimalisasikan proses heater yang terjadi dengan jalan mengganti desain reaktor serta bahan baku kaca yang digunakan yaitu dengan menggukan kaca kuarsa. Disamping itu juga dilakukan pemilihan katalis yang lebih reaktif Untuk melihat kondisi proses yang optimal maka dilakukan variasi suhu reaktor dan jenis katalis. Suhu proses dilakukan pada 350 °C, 400°C, 450 °C dan 500 °C dan katalis yang divariaskan adalah Zeolit-Mn dan SAPO-34 Dari hasil analisa kromatografi gas didapatkan kemurnian gas bioetilen yang paling tringgi diperoleh pada kondisi proses dengan suhu 450 °C, kecepatan alir 5 ml /jam. Sedangkan dari variasi katalis dengan menggunakan katalis SAPO-34 dapat menghasilkan produk gas 2 kali hasil gas dengan katalis Zeolit-Mn. Kata Kunci : bioetanol, bioetilen, katalis , dehidrasi
Modifikasi dan Penyempurnaan Alat Uji Top Lift Untuk Kemasan Flexible Intermediate Bulk Containers
Mangala TM
Modifikasi dan Penyempurnaan Alat Uji Top Lift Untuk Kemasan Flexible Intermediate Bulk Containers
"Telah dilakukan modifikasi alat uji top lift untuk FIBC yang dimiliki Laboratorium Kemasan Transport yang bertujuan untuk memodifikasi dan menyempurnakan komponen alat uji top lift yang sudah ada agar sesuai dengan persyaratan alat uji top lift kemasan karung jumbo (FIBC) sesuai standar UN. Modifikasi yang dilakukan yaitu merancang ulang batang pengangkat menjadi bentuk X, merancang ulang frame suspension, merancang dan menambahkan alat uji tarik tali, menambahkan katup berputar (rotary valve) pada pneumatic conveyor, menyempurnakan kemiringan pada penampung resin bagian bawah dan mengganti jenis resin yang digunakan sebagai media pengisi. Hasil modifikasi dan penyempurnaan alat meningkatkan fleksibilitas ukuran FIBC yang akan diuji, menambah parameter uji (uji tarik tali) dan meningkatkan laju alir resin sehingga waktu pemompaan menjadi lebih singkat. Secara keseluruhan performa alat sudah dapat memenuhi persayaratan alat uji top lift FIBC sesuai standar UN.
Kata Kunci: top lift, FIBC "
Sintesis Iso-Eugenol Menggunakan Metode Sonikasi
Arief Riyanto
Sintesis Iso-Eugenol Menggunakan Metode Sonikasi
"Telah dilakukan penelitian sintesa isoeugenol menggunakan metode sonikasi, kegiatan penelitian ini dilakukan sebagai upaya derivatisasi minyak cengkeh menjadi iso-eugenol yang banyak digunakan di industri farmasi, kosmetika, dan industri perisa pada makanan dan minuman. Sintesis/isomerisasi eugenol menjadi iso-eugenol dilakukan menggunakan menggunakan metoda sonikasi, dengan variabel amplitudo, suhu, jenis katalis dan waktu proses isomerisasi . Hasil yang diperoleh yaitu didapatkan kondisi proses isomerisasi yang optimal yaitu pada amplitudo 70% dan waktu 40 menit, menggunakan katalis RhCl3 1 :2000 dalam pelarut etanol, didapatkan konversi sekitar 100% dengan kadar isoeugenol trans isoeugenol sebesar 91,76% dan cis isoeugenol 8,23%.
Kata Kunci : eugenol, isoeugenol, sonikasi, katalis RhCl3"
Kerjasama Penelitian “Sintesa Hydrogenated Coconut Oil (HCNO) Dari Coconut Oil”
Dwinna Rahmi
Kerjasama Penelitian “Sintesa Hydrogenated Coconut Oil (HCNO) Dari Coconut Oil”
Kerjasama penelitian antara BBKK dan PT. Kimia Farma tentang sintesa hidrogenasi coconut oil telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk meningatkan titik leleh dari refined bleached deodorized coconut oil (RBDCNO). Penelitian ini dibagi tiga yaitu mencari kondisi optimal untuk prosedur hidrogenasi menggunakan katalis NiNO3 yang diaktifkan. mencari kondisi optimal untuk prosedur hidrogenasi dengan menggunakan katalis komersial yaitu activated Ni catalyst dari Sigma Aldrin dan menvalidasi optimal prosedur untuk proses hidrogenasi dengan katalis aktif Ni-Kimia Farma. Hasil analisa produk menunjukkan bahwa penambahan waktu proses tidak berpengaruh terhadap free fatty acid (FFA) tapi berpengaruh menurunkan bilangan iod. Penambahan laju agitasi (rpm) memberikan efek signifikan terhadap penurunan ffa. Penambahan jumlah katalis berpengaruh terhadap bilangan iod produk. Kondisi optimal prosedur adalah jumlah katalis 1% dari sampel, agitasi sebesar 700 rpm dan waktu proses 1 jam. Sedangkan kandungan Ni (sisa katalis) dalam produk sebesar lebih kecil 1 ppm. Kata kunci : PT. Kimia Farma, katalis Ni, hidrogenasi coconut oil
Kerjasama Penelitian “Sintesa Decamethylene Amine (DMDA) Dari Sebasic Acid”
Dwinna Rahmi
Kerjasama Penelitian “Sintesa Decamethylene Amine (DMDA) Dari Sebasic Acid”
Kerjasama penelitian BBKK dengan PT. Kimia Farma untuk mendapatkan proses sintesa decamethylenediamine (DMDA/Sebacodiamine)dengan kondisi optimal telah dilaksanakan. Kondisi optimal yang maksud adalah layak baik secara teknis maupun lingkungan untuk menghasilkan DMDA sebagai produk turunan dari Asam Sebasat (Sebacic Acid) skala laboratorium. Dalam kerjasama ini penelitian dibagi tiga kegiatan yaitu alternatif prosedur amidasi, optimalisasi dan validasi prosedur amidasi dan proses hidrogenasi sebaconitrile menjadi DMDA. Hasil dari aternatif prosedur didapatkan data bahwa penambahan katalis silikagel, asam fosfat dan air berpengaruh signifikan terhadap spesifikasi produk sebaconitrile yang dihasilkan. Prosedur yang optimal adalah proses yang dilakukan selama 15 jam yang menghasilkan sebaconitrile dengan berat jenis 0,914 %, indek bias 1,4465 % dan kadar air 0,73 %. Hasil uji struktur kimia DMDA dengan FTIR memperlihatkan peak yang sama antara DMDA yang dihasilkan dengan DMDA pasar (Sigma Aldrin). Kata kunci ; Kerjasama penelitian, decamethylenediamine, sebacic acid, sebaconitrile
Optimalisasi Penggunaan Absorben dan Nano TiO2 dalam Penerapan Sebagai Perangkap Nyamuk
Siti Naimah
Optimalisasi Penggunaan Absorben dan Nano TiO2 dalam Penerapan Sebagai Perangkap Nyamuk
"Pada penelitian Optimalisasi Penggunaan Absorben Dan Nano Tio2 Dalam Penerapan Sebagai Alat Perangkap Nyamuk menggunakan komposit TiO2 dan adsorben karbon aktif. Tujuan utama pada penelitian ini adalah mencari dan menentukan material (media) tempat menempelnya komposit TiO2-absorben yang optimal serta mengetahui kemampuan kinerja alat perangkap nyamuk dan kemampuan mendegradasi terhadap polutan udara, khususnya CO dan toluen. Pengukuran gas CO dan toluene menggunakan alat reaktor uji yang selanjutnya di ukur konsentrasinya menggunakan alat GC-FID. Proses fotokalisis dalam mendegradasi polutan udara menghasilkan CO2 dan uap air. Pengukuran CO2 juga dilakukan menggunakan alat reaktor uji yang selanjutnya di ukur konsentrasinya menggunakan alat GC-FID. Hasil dari penelitian ini diperoleh material media yang optimal adalah keramik dibandingkan dengan aluminium karena keramik memiliki tekstur pada permukaannya sehingga dapat mengikat komposit lebih maksimal. Alat yang dikembangkan memiliki kinerja lebih efektif karena hasil nyamuk yang terperangkap lebih banyak sekitar 30% dari penelitian sebelumnya. Kemampuan degradasi terhadap polutan udara pada alat ini yaitu 90% untuk degradasi CO dan 41% untuk degradasi toluene. Semakin banyaknya polutan yang terdegradasi, menyebabkan bertambahnya konsentrasi CO2 diudara kurang lebih 29.25% selama 6 jam.
Kata kunci : Fotokatalisis, Komposit, TiO2, Karbon aktif"
Pembuatan Kemasan Pintar (Smart Packaging) Untuk Produk Pangan Olahan
Wiwik Pudjiastuti
Pembuatan Kemasan Pintar (Smart Packaging) Untuk Produk Pangan Olahan
"Penelitian pembuatan kemasan pintar (smart packaging) dilakukan untuk untuk mendapatkan jenis kemasan baru dengan penggunaan indikator yang dapat mengetahui kondisi produk dalam kemasan. Bahan kemasan yang digunakan berupa polimer Polyvinyl Alkohol (PVOH) dengan bahan indikator berupa dry mixture yang merupakan campuran antara Brom Thymol Blue (BTB) dengan Metil Merah. Dengan bahan indikator dry mixture dapat dilihat terjadinya perubahan warna PVOH karena adanya difusi asam laktat. Hal ini menunjukkan bahwa dry mixture dapat dianggap sebagai indikator smart packaging terutama untuk mengetahui perubahan/kerusakan kondisi pada susu pasteurisasi.
Kata kunci : smart packaging, indikator, dry mixture, PVOH"
Konversi Bioetanol menjadi Bioetilen sebagai Bahan Baku Plastik Polietilen Nabati untuk Kemasan Makanan
Yemirta
Konversi Bioetanol menjadi Bioetilen sebagai Bahan Baku Plastik Polietilen Nabati untuk Kemasan Makanan
"Konversi bioetanol menjadi bioetilen dilakukan dengan proses dehidrasi yang membutuhkan rangkaian alat dan kondisi proses tertentu. Pada penelitian ini dilakukan 3 tahap kegiatan yaitu : pemurnian bahan baku, aktivasi katalis dan instalasi peralatan proses. Pemurnian bahan baku (bioetanol) dilakukan dengan cara fraksinasi dengan menggunakan spinning band. Preparasi katalis pada kegiatan ini dilakukan dengan cara dealuminasi dan impregnasi dengan menggunakan logam Zn dan Mn. Rangkaiaan alat yang dibutuhkan adalah berupa wadah bahan baku, syringe pump, pemanas, reaktor, pendingin dan tabung sample. Alat spinning band dapat meningkatkan kemurnian bioetanol dari 70 % menjadi 95%. Katalis zeolit yang sudah diimpregnasi dengan logam Zn menghasil BET 439 x 10-1 m2/g. Sedangkan dari hasil instalasi alat dihasilkan rangkaian alat yang akan digunakan untuk konversi bioetanol menjadi bioetilen dengan kondisi proses sebagai berikut : WHSV 1,00 per jam, temperatur 350°C -550°C.
Kata Kunci : bioetanol, bioetilen, katalis, dehidrasi"
Rekayasa Alat Uji Stacking
Mangala Tua Marpaung
Rekayasa Alat Uji Stacking
Kegiatan Rekayasa Alat Uji Stacking telah dilakukan dengan tujuan untuk pengembangan peralatan uji dalam laboratorium kemasan transport di Balai Besar Kimia Dan Kemasan. Peralatan uji tumpuk (Stacking Test) yang ada selama ini di dalam laboratorium kemasan adalah masih model manual juga tetapi konstruksi peralatan tersebut kurang aman terhadap analis maupun bahaya terhadap sampel uji. Bahan yang digunakan pada rekayasa Alat Uji Stacking Manual ini adalah baja bahan baja konstruksi seperti besi siku, canal UNP, plat eser dan palt strip. Peralatan uji stacking manual yang akan dibuat masih mengadopsi teknologi pengujian dengan menggunakan alat uji yang selama ini sudah digunakan. Yang berbeda hanya menyediakan unit outer bracket yang berfungsi untuk menjaga agar sampel uji tetap berada di dalam outer bracket dan tidak akan terguling pada saat sampel uji terdeformasi. Dan pasangan lainnya yaitu inner bracket yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya beban (loader) agar merata terbeban di atas sampel uji, juga menjaga agar loader tidak jatuh berantakan pada saat sampel uji mengalami deformasi. Outer bracket dan inner bracket digunakan berpasangan pada saat pengujian. Alat uji stacking manual ini dibuat dengan 2 (dua) jenis kapasitas kemasan yang akan diuji yaitu tipe : 78 dan tipe 54. Loader yang disediakan terbuat dari bahan plat baja dan besi siku dengan panjang sama L= 300 mm yang selanjutnya tiap loader disi dengan beton cor. Kapasitas loader yang disediakan ada 2 tipe juga yaitu kapasitas W = 5 Kg dan W = 20 Kg. Total beban terhadap sampel uji adalah total berat antara : inner bracket ditambah dengan jumlah loader yang di isi ke dalam inner bracket, dan totalnya sesuai dengan standar total berat pembebanan sesuai syarat uji. Kata Kunci : Kemasan transport, Uji Tumpuk, Kemasan B 3
In House Riset Pengaruh Amilopektin Terhadap Karakteristik Edible Film
Agustina Arianita Cahyaningtyas
In House Riset Pengaruh Amilopektin Terhadap Karakteristik Edible Film
"Salah satu jenis kemasan yang bersifat ramah lingkungan adalah kemasan layak santap (edible packaging). Pati garut cukup potensial untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan edible film. Pati memiliki dua polimer utama dengan struktur dan massa relatif yang berbeda yaitu amilosa dan amilopektin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh amilopektin terhadap karakteristik edible film pati garut. Metode pembuatan edible film pati garut dilakukan dengan cara pemanasan dan pengadukan campuran aquadest, pati garut, dan amilopektin di atas hot plate stirrer, pada suhu 65°C-70°C. Setelah pati garut tergelatinasi, kemudian ditambahkan plasticizer yang berupa gliserin. Edible film dicetak menggunakan metode casting. Variabel amilopektin yang ditambahkan adalah 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, 30%, 35%, 40%, 45%, dan 50%. Dari pengujian sifat mekanik dan permeabilitas terhadap uap air diperoleh hasil bahwa semakin besar jumlah amilopektin yang ditambahkan, edible film pati garut-amilopektin yang dihasilkan akan semakin tebal, nilai kuat tarik semakin kecil, sedangkan nilai elongasi akan semakin besar. Pada hasil analisis WVTR, semakin besar jumlah amilopektin yang ditambahkan maka nilai WVTR juga akan semakin besar.
Kata kunci : Edible film, Pati garut, Amilopektin, Sifat mekanik"
Pemurnian Minyak Pala Terkontaminasi Menggunakan Metode Distilasi Molekular (Penelitian Kerjasama Dengan Pt Mignon Sista International)
Arief Riyanto
Pemurnian Minyak Pala Terkontaminasi Menggunakan Metode Distilasi Molekular (Penelitian Kerjasama Dengan Pt Mignon Sista International)
"Minyak pala memiliki prospek perdagangan yang bagus karena Indonesia merupakan negara pengekspor minyak pala tertinggi di dunia yaitu sekitar 60%. Minyak pala di Indonesia sebagian besar masih dihasilkan oleh petani dan pengumpul, dimana kualitas minyak pala masih rendah yaitu masih banyak pengotor dan adanya bahan pencampur lainnya yang sengaja dicampur untuk menambah berat dan volume dari minyak pala. Hal tersebut dilakukan karena harga minyak pala yang tinggi sehingga menguntungkan bagi mereka akan tetapi merugikan bagi perusahaan pembeli. Pada penelitian ini dilakukan pemurnian minyak pala yang terkontaminasi minyak jarak yang diperoleh PT. Mignon Sista International (PT. MSI) dari pengumpul minyak pala. Pemurnian minyak pala terkontaminasi dilakukan di Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBKK) menggunakan metode fraksinasi dengan alat POPE molecular distillation. Proses fraksinasi dilakukan melalui 2 (dua) tahap, fraksinasi tahap I ditujukan untuk mendapatkan fraksi ringan komponen minyak pala yang sesuai persyaratan dan fraksi tahap II untuk mendapatkan fraksi berat minyak pala yang sesuai persyaratan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan minyak pala yang bebas dari kontaminan dan memenuhi persyaratan yang dikehendaki buyer dari PT MSI. Kontaminan metil ricinoleat yang merupakan penyusun utama dari minyak jarak terkandung dalam minyak pala sebesar
20,26%. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa metode fraksinasi menggunakan alat POPE molecular distillation telah berhasil mendapatkan minyak pala murni yang bebas dari kontaminan minyak jarak. Selain itu kadar komponen minyak pala baik fraksi berat maupun fraksi ringan telah memenuhi persyaratan, dimana komponen utamanya adalah miristisin yang semula kadarnya 7,6% meningkat menjadi 23,77%. Kadar tersebut telah memenuhi persyaratan yaitu 10-14%."
Optimalisasi Antiaging Pada Krim Sln (Solid Lipid Nanopartikel) Berbasis Turunan Kelapa Sawit Dengan Penambahan Bahan Aktif Alam
Dwinna Rahmi
Optimalisasi Antiaging Pada Krim Sln (Solid Lipid Nanopartikel) Berbasis Turunan Kelapa Sawit Dengan Penambahan Bahan Aktif Alam
"Salah satu produk hilir kelapa sawit yaitu krim solid lipid nanopartikel (SLN) telah dibuktikan dapat meningkatkan aktifitas antiaging tanpa penambahan bahan aktif dengan selisih skor kerutan 0,53 (penelitian 2011). Penelitian 2013 ini bertujuan untuk mendapatkan aktifitas antiaging tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya selisih skor kerutan dengan penambahan bahan aktif alam. Bahan aktif alam yang ditambahkan adalah metil sinamat atau β-glukan. Metil sinamat yang dipakai yaitu metil sinamat dari minyak laja gowah Indonesia yang diekstrak dan difraksinasi menghasilkan metil sinamat dengan kemurnian 99%. sebagai tambahan. Proses penambahan bahan aktif dilakukan menggunakan 2 cara yaitu sebelum proses sonikasi dan setelah proses sonikasi. Setelah diuji menggunakan GC-MS didapatkan bahwa proses sonikasi pada pembuatan krim SLN tidak mempengaruhi jumlah kandungan bahan aktif didalam krim. Penambahan bahan aktif terbukti dapat lebih meningkatkan aktifitas antiaging, hal ini dapat dilihat dari selisih skor kerutan antara krim SLN saja dan krim SLN dengan penambahan bahan aktif yaitu sebesar <0,001 untuk metil sinamat dan <0,05 untuk β-glukan. Selain itu stabilitas emulsi krim tetap sekitar 99% setelah di biarkan selama 7 bulan diruang terbuka dan suhu ruang.
Kata kunci: Krim SLN, sonikasi, metil sinamat, β-glukan, aktifitas antiaging dan stabilitas emulsi"
Pembuatan Edible Film Dari Karagenan Dan Tapioka Termodifikasi
Guntarti Supeni
Pembuatan Edible Film Dari Karagenan Dan Tapioka Termodifikasi
"Penelitian pengaruh penggunaan kitosan sebagai filler pada edible film dari tapioka termodifikasi telah dilakukan dengan metode pencampuran larutan edible film tapioka termodifikasi dengan larutan edible film karagenan. Pada penelitian ini variabel yang digunakan adalah penambahan komposisi kitosan sebagai bahan filler pada larutan edible film tapioka termodifikasi, dengan menitik beratkan parameter uji pada nilai laju WVTR dari edible film yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi proses yang optimal pada pembuatan edible film dari karagenan dan tapioka termodifikasi untuk kemasan makanan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan sebagai bahan pengemas alternatif yang ramah lingkungan. Secara umum lembaran film yang dihasilkan masih memiliki nilai laju uap air (WVTR) yang cukup besar. Komposisi optimal yang diperoleh, yaitu pada perbandingan komposisi tapioka termodifikasi 25% : karagenan 75%. Dengan nilai WVTR 22,5 g/m2/24 jam. Selain sebagai filler, khitosan juga berfungsi sebagai stabilizer pada edible film dari tapioka termodifikasi. Hal ini ditunjukkan dari edible film yang dihasilkan, tidak rapuh dan mudah rusak.
Kata kunci : Filler, Edible film, Tapioka termodifikasi, Karagenan, Kitosan "
Rancang bangun peralatan pembangkit vakum untuk proses pengolahan CPO-olein
Mangala Tua Marpaung
Rancang bangun peralatan pembangkit vakum untuk proses pengolahan CPO-olein
Pengolahan Limbah Tekstil Dengan Fotoreaktor Silinder Berputar Skala Pilot Plant Menggunakan Katalis Tio2-Zeolit
Siti Naimah
Pengolahan Limbah Tekstil Dengan Fotoreaktor Silinder Berputar Skala Pilot Plant Menggunakan Katalis Tio2-Zeolit
"Fotoreaktor silinder berputar skala pilot yang telah dibuat pada tahun 2011, untuk kegiatan penelitian tahun ini digunakan untuk mengolah limbah tekstil dengan kapasitas 3000 liter untuk sekali pengolahan. Alat tersebut menggunakan tiga buah drum berputar dengan diameter masing-masing 55 cm dan panjang 95 cm. Pada setiap drum terdapat katalis TiO2/ZAL yang berukuran 5-8 mm dengan total berat katalis untuk masing-masing drum sebanyak 10 kg, katalis tersebut untuk aplikasi pengolahan limbah tekstil diaktivasi dengan menggunakan energi foton dari lampu UV dan merkuri yang terpasang pada setiap drum. Limbah tekstil yang akan diolah diambil dari salah satu industri yang berada di Bogor sebanyak kurang lebih 3000-3500 L untuk sekali pengo;ahan. Hasil penelitian menunjukkan limbah tekstil dengan konsentrasi BOD dan COD ± 200 mg/L dapat diturunkan sampai di bawah baku mutu yang dipersyaratkan. Kondisi optimal untuk mengolah limbah cair industri tekstil agar sampai di bawah baku mutu limbah yang dipersyaratkan dengan alat fotoreaktor silinder berputar kapasitas 3000 L, yaitu metode batch dengan kecepatan putar 3 rpm, waktu tinggal optimal di dalam drum 180 menit, sedangkan dengan metode kontinyu dengan kecepatan putar 3 rpm, waktu optimal 150 menit.
Kata Kunci: Fotoreaktor Silinder Berputar, TiO2/ZAL, Energi Foton, Katalis
"
Kerjasama penelitian aplikasi β-glukan pada kosmetik berbasis palm kernel mill 2012
Dwinna rahmi
Kerjasama penelitian aplikasi β-glukan pada kosmetik berbasis palm kernel mill 2012
Kerjasama penelitian aplikasi β-glukan pada kosmetik berbasis Palm Kernel Mill (PKM) antara Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBKK) dengan Korea Institute of Industrial Technology (KITECH) tahun pertama telah dilakukan. Dari hasil analisa kandungan glukosa diketahui bahwa PKM mengandung glukosa (1.098 g/L) lebih tinggi daripada palm kernel sehingga cocok diaplikasikan sebagai sumber karbon proses fermentasi jamur. Penggunaan 100% PKM dalam media dapat meningkatkan berat kering sel jamur dibandingkan 100% glukosa maupun campuran keduanya. Berdasarkan hasil optimalisasi media dan kondisi proses fermentasi diperoleh β-glukan dari Schyzophyllum commune sebesar 16 g/L. Aplikasi β-glukan pada kosmetik dalam bentuk serum dan losion juga telah dilakukan pihak KITECH di Korea.
RANCANG BANGUN SISTEM PRODUKSI MAKANAN BERBASIS SINGKONG DENGAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGEMASAN TERSTANDAR UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING IKM
Yemirta
Mangala Tua Marpaung
Adityo Murdiarto
Jiwo Hutomo H
Dewi Fatimah
Sugiarto
RANCANG BANGUN SISTEM PRODUKSI MAKANAN BERBASIS SINGKONG DENGAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGEMASAN TERSTANDAR UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING IKM
Maraknya makanan yang berbasis singkong dengan kemasan yang menarik membutuhkan suatu teknologi yang efisien baik dari segi waktu maupun biaya. Penggunaan alat pengiris singkong yang manual akan membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan waktu yang panjang. Pada kegiatan ini dilakukan rancang bangun alat pengiris singkong arah memanjang (axial) dengan ketebalan merata dan kecepatan tinggi. Tahap kegiatan yang dilakukan adalah membuat desain awal, desain rinci, fabrikasi, perakitan dan uji coba.
Uji coba mesin pengiris singkong yang didapatkan terhadap singkong yang berukuran besar menghasilkan irisan utuh sebanyak 89,09% dari berat total singkong dengan ketebalan 2 mm dan kapasitas mesin 110 kg/jam.
FRAKSINASI ALPHAPHINE SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN VERBENON
Umar Habson
Rahyani Ermawati
Retno Yunilawati
Radison Silalahi
Supriadi
Irma Rumondang
Nur Hidayati
Chica Nuraeni
Novi Nur Aidha
FRAKSINASI ALPHAPHINE SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN VERBENON
FRAKSINASI ALPHAPHINE SEBAGAI DAHAN BAKU PEMBUATAN VERBENON
Koordinator: Retno Yunilawati
ABSTRAK
Fraksinasi crude verbenon hasil sintesis dari alpha plnen (a plnen) dilakukan secara distilasi fraksinasi menggunakan spining band distillation column. Frakslnasi dilakukan secara batch pada tekanan 10 mmHg dengan dua tahap fraksinasi. Pada awal frakslnasi, yaitu pada suhu fraksinasl 130°C sampal dengan
170°C, masih didapatkan a-pinen yang merupakan fraksi ringan yang merupakan pengotor produk verbenon. Kadar c-pinen terus menurun seiring dengan naiknya suhu fraksinasi. Pada suhu fraksinasi di atas 170°C didapatkan verbenon hingga
suhu fraksinasi mencapal 228 •c. Kadar verbenon tertinggl (anallsa dengan Gas
Liquid Chromatography/GLC) didapatkan sebesar 69,01 % yang setara dengan 100 g
verbenon. Hasil perhitungan yield menunjukkan bahwa fraksinasi pertama tersebut
menghasilkan yield maksimal 23,93%. Hasil tersebut sangat tidak ekonomis sehingga perlu dilakukan fraksinasl ulang. Pada fraksinasi II, fraksinasl juga dilakukan pada kondisi tekanan 10 mmHg, refluks divariasi antara 5:1 sampai dengan 50:1, pada 3-5 fraksi terakhir refluks di-set tinggi karena pada fraksi inilah verbenon banyak berada sehlngga dengan refluks tinggi diharapkan akan diperoleh kemurnian tinggi. Kadar verbenon tertinggi didapatkan sebesar 72,061% pada suhu
fraksinasi 225 •c - 230 •c dan rasio refluks 1:25.
Kata Kunci : a plnen, verbenon, spinning band distillation column
KARAKTERISTIK FRAKSI-FRAKSI HASIL PIROLISIS PLASTIK UNTUK DIAPLIKASIKAN KE INDUSTRI KIMIA
Siti Naimah, ST.
DR. Rahyani Ermawati
NoviNurAidha,ST
Siivie Ardhanie Aviandharie, MT.
Bumiarto Nugroho Jati, MT.
Irma Rumondang, MSi.
Eva Oktarina, SSi.
Mangala Tua Marpaung, ST.
Estika Arianti, SE
M. Toton Supraptono
Dedi Prayogi
Subakri
Namin
Rini M.Saragih, ST.
KARAKTERISTIK FRAKSI-FRAKSI HASIL PIROLISIS PLASTIK UNTUK DIAPLIKASIKAN KE INDUSTRI KIMIA
Karakterisasi Fraksi-Fraksi Hasil Pirolisis Plastik
untuk Diaplikasikan di Industri Kimia
Proses fraksinasi minyak plastik dilakukan untuk mendapatkan berbagai fraksi.
Minyak plastik merupakan hasil dari proses pirolisis plastik polyethilene pada suhu 350 °C.
Plastik polyethilene merupakan senyawa yang tersusun dari banyak rantai karbon. Selama ini
plastik tidak diolah dengan optimal, padahal pada plastik memiliki potensi untuk diolah
menjadi bahan bakar dan solven. Penelitian ini bertujuan untuk mencari fraksi komponen
bahan bakar dan solven. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh 4 fraksi yaitu fraksi lightsol
(35-130 °C), fraksi medsol (140-160 °C), fraksi hevsol (170-200 °C) dan fraksi solar (220-350
°C). Lightsol memiliki ciri-ciri serupa dengan solven minasol produk Pertamina yang
berwarna bening, mudah menguap, dengan titik didlh antara 35-145°C sedangkan medsol
memiliki ciri-ciri serupa dengan solven Pertasol produk Pertamina yang merupakan solven
hidrokarbon berwarna jernih, stabil, tidak korosif, dan cepat menguap dengan titik didih
antara 45-140°C. Medsol telah mendekati syarat mutu pertasol produk Pertamina. Hevsol
merupakan solven dengan titik didih antara 140-190 °C. Sifat yang menonjol adalah tidak
korosif dan bersifat stabil dengan warna yang jernih. Solven yang dihasilkan (lightsol, medsol
dan hevsol) telah diujicoba pada pembuatan cat epoksi dan akrilik di perusahaan cat. Hasil
ujicoba menunjukan lightsol sesuai digunakan sebagai solven pada pembuatan cat epoksi dan
akrilik, sedangkan medsol dan hevsol sesuai digunakan untuk cat akrilik. Selain solven, proses
fraksinasi yang dilakukan juga menghasilkan bahan bakar yaitu solar yang telah memenuhi
syaratmutu untuk beredardi pasaran.
Kata kunci: Pirolisis, Fraksinasi, Solven, Solar
Peningkatan Nilai Tambah Hasil Samping Industri Timah (Ilmenite) Menjadi Tio2 Sebagai Bahan Penolong Dalam Industri Kimia
Rahyani Ermawati, Dkk
Peningkatan Nilai Tambah Hasil Samping Industri Timah (Ilmenite) Menjadi Tio2 Sebagai Bahan Penolong Dalam Industri Kimia
Purifikasi Minyak Nilam Dari Kontaminasi Minyak Nabati
Irma Rumondang, dkk
Purifikasi Minyak Nilam Dari Kontaminasi Minyak Nabati
Rekayasa Alat Uji jatuh Kemasan Transport
Arief Riyanto, dkk
Rekayasa Alat Uji jatuh Kemasan Transport
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan peralatan yang mendukung pengujian kemasan
dangerous good maupun non-dangerous good, terutama untuk IBCs, maka dibuat alat uji
jatuh sebagai salah satu rangkaian pengujian kemasan transpor. Alat uji jatuh yang dirancang
harus memenuhi metode uji yang sesuai dengan standar UN. Prinsip pengujian yang
dilakukan adalah menjatuhkan secara bebas sebuah JBCs baik itu FIBC maupun kemasan
lainnya yang berisikan media pengisi atau produk sebenarnya ke landasan jatuh, dengan
ketinggian tertentu. Ketinggian yang dbuat untuk menjatuhkan karung bergantung dengan
klasifikasi grup kemasan tersebut.
Alat Uji Jatuh didesain dengan ketinggian H = 7970 mm dari lantai permukaan
landasan jatuh hingga puncak tiang utama sebagai dudukan batang penghubung kedua tiang
utama. Tiang utama menggunakan bahan Baja ST.37 dengan profil H.BEAM 150 x150 mm .
Pondasi landasan jatuh merupakan beton cor dengan jenls K-500 dengan ukuran P x L x T =
3000 x 3000 x 750 mm sedangkan landasan jatuh adalah Plat Baja ST. 37 dengan ukuran luas
P x L : 2400 x 2400 dengan ketebalan plat t = SO mm.
Untuk mengangkat beban sampel uji untuk mencapai ketinggian tertentu digunakan
sebuah hoist, dirancang pula sebuah komponen quick release hook yang berfungsi untuk
menjatuhkan sampel uji secara tiba - tiba. Dengan spesifikasi tersebut diharapkan alat ini
mampu memenuhi kriteria pengujian kemasan dangerous goods dan non dangerous goods,
khususnya JBCs.
AB ST RAK
Kata kuncl : Uji ]atuh, IBCs, Quick Release Hook
Penelitian Pembuatan High Surface Activated Carbon
Siti Agustina, dkk
Penelitian Pembuatan High Surface Activated Carbon
Indonesia merupakan negara yang mempunyai kandungan gas alam yang cukup potensial, gas alam tersebut sebagian diekspor dan sebagian digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi didalam negeri. Pada saat ini gas alam belum sepenuhya dapat memenuhi kebutuhan konsumen akan energi, ini dikarenakan keterbatasan jaringan gas. Kebutuhan gas untuk rumah tangga berupa LPG saat ini masih impor, sehingga pemerintah mengeluarkan subsidi untuk memenuhi kebutuhan gas untuk rumah tangga. Dalam rangka mengurangi subsidi pemerintah akan gas untuk rumah tangga, maka dilakukan penyimpanan gas dengan menggunakan teknologi ANG (Adsorpi Natural Gas). Teknologi ini menggunakan karbon aktif yang mempunyai luas permukaan yang tinggi (HSAC). Karbon aktif pada umumnya dibuat dari biomassa, misalnya tempurung kelapa, cangkang sawit, tongkol jagung, dll. Pada penelitian ini menggunakan tongkol jagung yang merupakan hasil samping perkebunan jagung, dengan jenis jagung untuk pakan ternak, yang selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Beberapa tahapan proses yang dilakukan adalah proses karbonisasi, pencucian, aktivasi, pencucian, pengeringan, pengecilan partikel. Variabel yang digunakan adalah metode pembakaran (tanur terbuka, tanur tertutup dan reaktor dengan nitrogen), suhu, konsentrasi dan waktu. Selanjutnya karbon aktif dianalisa daya serap iod, daya serap metilen biru, luas permukaan, kristalisasi, penampang luas permukaan dan kandungan yang terdapat di dalam karbon aktif. Hasil menunjukkan bahwa daya serap metilen biru yang terbaik adalah sebesar 19,999 mg/g, pada metoda furnace tertutup mendapatkan rendemen lebih banyak, karena sedikit menghasilkan kandungan abu. Berdasarkan analisa hasil karbon aktif yang telah diaktivasi diperoleh nilai BET sebesar 723,595 m2/g.
Kata kunci : adsorpsi, karbon aktif, HSAC, tongkol jagung
PEREKAYASAAN ALAT UJI JATUH DAN TEKANAN DALAM KOREK API GAS
PEREKAYASAAN ALAT UJI JATUH DAN TEKANAN DALAM KOREK API GAS
Korek api gas merupakan korek api yang menggunakan bahan bakar gas yang diwadahi oleh plastik maupun logam dengan cara dimampatkan sampai tekanan tertentu hingga gas berubah fasa menjadi cair. Mengingat keselamatan penggunaan sangat penting, maka korek api gas yang diproduksi harus diuji sesuai standar keselamatan korek api gas (SNI 19-7120-2005). Beberapa parameter uji yang krusial pada SNI tersebut adalah uji jatuh dan uji tekanan dalam. Untuk keperluan pengujian tersebut, BBKK telah mampu melakukan perekayasaan alat uji.
Perekayasaan kedua alat uji tersebut diadopsi dari peralatan uji versi pertama dengan beberapa perbaikan rancangan yang mempertimbangkan fungsionalitas, keamanan dan estetika. Alat uji jatuh dibuat dengan bahan aluminium sebagai rangka, pelat carbon steel sebagai penjepit, dan batu granit sebagai permukaan jatuh specimen uji. Sedangkan alat uji tekanan dalam dibuat dengan bahan stainless steel sebagai tabung fluida tekanan dan tempat pengisian fluida kerja, carbon steel sebagai casing, serta berbagai alat-alat fittings yang tersedia dipasaran. Kedua alat uji dibuat atas kerjasama BBKK dan CV. Timindo Manufaktur yang merupakan produsen korek api gas lokal berlokasi di Pandaan-Pasuruan, Jawa Timur.
Kajian Hasil Litbang untuk Kesiapan Alih Teknologi
Kajian Hasil Litbang untuk Kesiapan Alih Teknologi
PENINGKATAN KUALITAS DAN KEAMANAN PRODUK PANGAN DENGAN MENGGUNAKAN "SMART AND GREEN PACKAGING" BERBASIS BIOPOLIMER UNTUK MENDUKUNG INDUSTRI HIJAU
Guntarti Supeni
Wiwik Pudjiastuti
Syamsixman
Suryo Irawan
Evana Yuanita
Agustina Arianita C
Ilham Ramdhan
Anna Fitrina
Desyarni
Suratini
Desi Fazari
Annisa Lestari
Chicha Nuraeni
Haluan Basuki
Sugihono
Hambalih
PENINGKATAN KUALITAS DAN KEAMANAN PRODUK PANGAN DENGAN MENGGUNAKAN "SMART AND GREEN PACKAGING" BERBASIS BIOPOLIMER UNTUK MENDUKUNG INDUSTRI HIJAU
Penelitian peningkatan kualitas dan keamanan produk pangan dengan menggunakan "smart and green packaging" berbasis biopolimer untuk mendukung industri hijau telah dilakukan, yang bertujuan untuk membuat green packaging berbasis biopolimer dan optimalisasi indikator smart packaging. Bahan kemasan biopolimer yang digunakan berupa Polyvinyl Alcohol (PVOH)-MCC, kltosan-MCC,dan PVOH-kitosan-MCCd,engan bahan indikator berupa suspensi kitosan+Z-amino-2-methyl-1-propanol {AMP) dan lembaran tetramethylammonium hydroxide pentahydrate+methy/ ce/lu/ose+m-creso/ purple indicator sebagai indikator C02. yang merupakan indikasl terjadlnya proses kerusakan produk pangan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kemasan biopollmer yang optimum dengan nilai WVTR rendah (12,7468 g/m2/jam) dan tidak ada migrasl adalah kemasan dari PVOH-kitosan-MCC20%. lndikator dari suspensi kltosan+AMP dan lembaran tetramethylammonium hydroxide pentahydrate+methyl cellulose+m-cresol purple dapat menunjukkan perubahan warna setelah dlalirkan/kontak dengan gas C02 sehingga dapat digunakan sebagai indikator C02.
Kata kunci : smart packaging, indikator, biopolimer, PVOH, MCC, metil selulosa, kitosan
PEMANFAATAN KATEKIN SEBAGAI CO-PIGMEN UNTUK PENINGKATAN MUTU ZAT WARNA ALAM
PEMANFAATAN KATEKIN SEBAGAI CO-PIGMEN UNTUK PENINGKATAN MUTU ZAT WARNA ALAM
Antosianin merupakan golongan zat warna alam yang sangat tidak stabil terhadap perubahan pH, suhu, dan cahaya. Ketidakstabilan ini dapat diatasi dengan kopigmentasi menggunakan kopigmen, yaitu suatu senyawa tidak berwarna yang secara alami ada di dalam tanaman, biasanya termasuk golongan flavonoid, polifenol, asam amino, atau asam organik. Katekin sebagai senyawa golongan polifenol diketahui dapat digunakan sebagai kopigmen untuk meningkatkan kestabilan zat warna antosianin. Pada penelitian ini dilakukan kopigmentasi zat warna antosianin ubi ungu menggunakan katekin yang berasal dari gambir. Produk kopigmentasi dibuat dalam bentuk serbuk menggunakan metode spray drying dan selanjutnya disimpan pada berbagai kondisi penyimpanan untuk mengetahui kestabilannya. Proses kopigmentasi optimal pada perbandingan pada perbandingan antosianin ubi ungu : katekin sebesar 1 :2 yang memberikan efek hiperkromik sebesar 0,178. Metode spray drying untuk membuat serbuk zat warna ini optimal pada kondisi suhu inlet 171,82 °C dan jumlah maltodekstrin 5 %. Serbuk antosianin ubi ungu dengan kopigmen katekin lebih dapat mempertahankan absorbansi dan kadar antosianin total selama penyimpanan dibanding serbuk tanpa kopigmen, namun lebih tidak dapat mempertahankan kenaikan kadar air.
Kata Kunci : Katekin, Kopigmen, Ubi ungu, Antosianin
PROSES PEMBUATAN KRIM SOLID LIPID NANOPARTIKEL (SLN) BERBASIS TURUNAN KELAPA SAWIT DENGAN BAHAN AKTIF MIKROALGA
Siti Agustina
Syamsixman
Novi Nur Aidha
Bumiarto N.J.
Eva Oktarina
Anna Fitriana
Trisny Andriati
PROSES PEMBUATAN KRIM SOLID LIPID NANOPARTIKEL (SLN) BERBASIS TURUNAN KELAPA SAWIT DENGAN BAHAN AKTIF MIKROALGA
Potensi oleokimia sebagai produk turunan kelapa sawit terus meningkat, misalnya surfaktan/ emulsifier, fatty acid, fatty alcohol dan metil ester. Produk oleokimia dapat digunakan untuk kosmetik. Salah satu bentuk kosmetik adalah krim Solid Lipid Nanopartikel (SLN). Bahan aktif untuk SLN dapat berasal dari mikroalga, yaitu berupa antioksidan yang sangat berguna untuk nutrisi kulit. Potensi mikroalga cukup besar untuk dikembangkan, karena mengandung antioksidan berupa beta karoten, klorofil dan fikosianin. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah mikroalga dan produk turunan kelapa sawit, berupa pembuatan SLN yang dapat digunakan pada kosmetik. Metode yang digunakan adalah proses ekstraksi mikroalga dan proses pembuatan krim SLN. Variabel yang digunakan pada proses ekstraksi adalah metode ekstraksi, waktu, jenis pelarut, dan suhu. Sedangkan pada proses pembuatan SLN adalah konsentrasi bahan aktif dan waktu sonikasi. Selanjutnya dilakukan analisa produk baik secara kimia, fisika dan mikrobiologi. Dari hasil penelitian menunjukkan metode ekstraksi yang terbaik adalah ultrasonikasi dengan pelarut air pada waktu 15 menit. Krim SLN yang diperoleh memiliki pH netral dan viskositas 80 cps pada suhu 50˚ C dan stabil berdasarkan uji kestabilan (cycling test pada suhu 4 ºC - 40 ºC), dengan cemaran mikroba dibawah ambang batas sehingga aman dalam penggunaan.
Kata kunci: Mikroalga, oleokimia, solid lipid nanopartikel, ultrasonikasi.
RANCANG BANGUN ALAT UJI TOPPLE DAN RIGHTING UNTUK KEMASAN TRANSPOR
Arief Riyanto,
Mangala Tua Marpaung,
Adityo Murdiarto,
Dewi Fatimah,
Jiwo Hutomo H,
Rustanto,
Roni Cristiono,
Hambalih,
Subakri
RANCANG BANGUN ALAT UJI TOPPLE DAN RIGHTING UNTUK KEMASAN TRANSPOR
Kebutuhan Industri akan sertifikasi UN Marking untuk Flexible Intermediate Bulk Container (FIBC) di Indonesia cukup tinggi. Namun Indonesia belum mampu melakukan sertifikasi UN dikarenakan belum adanya lembaga uji yang mampu melayani rangkaian pengujian sesuai dengan standard Internasional. BBKK sebagai satu-satunya lembaga pemerintah yang berkompetensi dalam bidang Kemasan berkomitmen untuk menyediakan rangkaian pengujian FIBC guna memenuhi kebutuhan industri FIBC. Untuk tahun 2018, alat uji yang akan dibuat adalah alat uji topple dan righting. Alat ini dirancang sesuai dengan regulasi ISO 21898:2004(E) dan UN melalui standard IATA, IMDG ataupun ADR. Melalui terjemahan standard yang ada sebagai masukan desain, maka didapatkan desain dengan mengadopsi sistem screw lifting table berpenggerak motor elektrik.
Kata Kunci: topple, righting, FIBC, transpor, kemasan
optimalisasi proses permurnian ilmenit menjadi tio2 dan pemanfaatan hasil sampin fe2o3 sebagai zat warna
Penanggung Jawab : Dr. Rahyani Ermawati
koordinator : Silvie Ardhanie A.
Sekretariat : Nur hidayati
peneliti : siti naimah
Bumiarto Nugroho Jati
Novi Nur Aidha
Agustina Arianita
Perekayasa madya : Mangala Tua Marpaung
Yemirta
Pembantu Peneliti : Ervina
Desyarni
Suri Mulyani Sari
Pembantu Lapangan : Bambang Sugiarso
Pengolah Data : Dwinda Mandasari
optimalisasi proses permurnian ilmenit menjadi tio2 dan pemanfaatan hasil sampin fe2o3 sebagai zat warna
Hasil samping industri timah di Bangka sangat melimpah dan memiliki potensi
yang sangat besar. Ilmenite sebagai salah satu hasil samping industri timah
berpotensi sebagai bahan dasar titanium dioksida. Titanium dioksida sebagai
bahan penolong industri kimia dapat diaplikasikan pada berbagai macam industri
antara lain sebagai pigmen pemutih, filler pada industri plastik, pigmen warna
superior, bahan utama keramik untuk elektronik (BaTiO3), bahan baku untuk
pembuatan TiO2 polimeric precusor, pelapisan optik (film-optic), bahan eletro
optik, katalis, maupun anti mikroba. Disamping itu, hasil samping proses yang
berupa Fe2O3 juga dapat dipakai sebagai pigmen berwarna merah pada industri
cat. Pada penelitian ini BBKK sebagai lembaga penelitian bidang kimia, akan
melakukan pemurnian ilmenite dari hasil samping proses pengolahan timah
menjadi titanium dioksida dengan kemurnian standar minimal yang
dipersyaratkan. Penelitian pendahuluan yang dilakukan di BBKK untuk ekstraksi
ilmenit dari PT. Timah Bangka dengan hasil TiO2 masih ± 66 % belum sesuai
yang diharapkan. Tahap pemurnian yang dilakukan pada penelitian ini melalui
tiga metode yaitu metode releaching, roasting, dan smelting. Proses leaching
menggunakan bahan pelarut asam sulfat. Kadar TiO2 yang didapatkan pada proses
releaching tersebut sebesar 83,636 % sedangkan kadar Fe2O3 sebesar 95%. Pada
proses roasting dicampur dengan garam alkali Na2CO3 atau NaHCO3. Kadar
TiO2 yang didapatkan dengan roasting Na2CO3 adalah sebesar 81 %. Dengan
menggunakan kedua metode ini sudah diperoleh TiO2 sesuai standar minimal
yang disyaratkan ASTM D 476. Sedangkan Fe2O3 sudah sesuai standar minimal
Hunstman pigment products. Metode smelting akan dilakukan pada November
2018 ini dan diharapkan akan memberikan hasil yang baik juga.
Kata kunci : Timah, ilmenite, TiO2, Fe2O3, pigmen
Scale-up mempengaruhi kondisi kondisi proses dipertahankan untuk
mendapatkan hasil yang lebih besar dengan mutu yang sama. alat dan mesin yang
menyesuaikan kondisi proses alat dan mesin dirancang dan ditetapkan dalam “full
processing line” dan enlargement kondisi proses disesuaikan pada keadaan alat dan mesin
dengan kapasitas yang lebih besar untuk menghasilkan jumlah yang lebih banyak, tapi
mutu bisa tidak sama alat dan mesin dirancang dan ditetapkan berda- sarkan “individual
function”.
Alkyd resin pada formula cat dimanfaatkan sebagai binder. Pada umumnya alkyd
resin dibuat dari minyak yang dapat dikeringkan dengan gliserol yang dipanaskan. Produk
yang dihasilkan ini membuat alkyd resin dari poligliserol diesterifikasi dengan asam
phtalat dan selanjutnya di ikatkan gugus amin pada sebagian gugus fungsinya serta dapat
diproduksi atau discale-up/enlargement sehingga memperkecil kesalahan dalam produksi
secara industri. Produk berupa poligliserol phtalat amin (ddPG-pH-Amin) di buat untuk
digunakan sebagai binder pada formula cat. ddPG-pH-Amin mempunyai berat molekul
314, bilangan hidroksi 97,5 mg/L, bilangan amin 26,2 mg/L dan amonia bebas 14,9 mg/L.
Produk ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk formula cat yaitu sebagai
pengikat. Diharapkan industri cat mendapat produk baru dengan menggunakan bahan
pengikat. Teknologi yang digunakan sangat sederhana sehingga mudah disesuaikan
dengan kondisi industri. Teknologi ini menghasilkan rendemen yang cukup tinggi. Pada
proses pertama yaitu polimerisasi rendemen ddPG adalah 92 % dan produk samping
berupa air sebesar 8 %. Pada proses kedua yaitu esterifikasi rendemen produk adalah 78
%.
Optimasi ekstraksi bahan aktif mikroalga sebagai antioksidan dan aplikasinya untuk industri kosmetik
1. Dr.Ir, Siti Agustina, M.Si
2. Ir. Syamsixman
3. Novi Nur Aidha, ST
4. Eva Oktarina, Ssi
5. Bumiarto NJ
6. Anna Fitriana
Optimasi ekstraksi bahan aktif mikroalga sebagai antioksidan dan aplikasinya untuk industri kosmetik
Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi dalam pengembangan mikroalga.
Mikroalga yang komersil dikembangkan adalah Spirulina dan Chlorella. Mikroalga mengandung
bahan aktif berupa antioksidan yang merupakan fine chemical dapat digunakan untuk kosmetik
dan obat-obatan. Antioksidan pada mikroalga merupakan antioksidan alami yang sangat baik
untuk kesehatan kulit. Antioksidan pada mikroalga terdiri dari fikosianin, karoten, dan klorofil
yang dapat berfungsi untuk meregenerasi sel kulit, mencerahkan kulit, mencegah radikal bebas
dan mengencangkan kulit serta mencegah penuaan dini. Sehingga perlu dilakukan
pengembangan dalam pemanfaatan bahan aktif mikroalga untuk industri kosmetik. Potensi
pasar kosmetik herbal menunjukkan peningkatan secara signifikan. Dalam mendapatkan bahan
aktif mikroalga dapat dilakukan dengan beberapa metode adalah hidro destilasi, ultrasonikasi
dan maserasi. Metode lainnya adalah superkritikal CO2, keuntungan dari superkritikal CO2
adalah tidak melalui proses dengan suhu yang tinggi sehingga tidak merusak komponen bahan
aktif pada mikroalga. Mikroalga (Spirulina atau Chlorella) yang mengandung antioksidan alami
dapat digunakan menjadi produk kosmetik herbal. Maka akan meningkatkan daya saing industri
kosmetik.
Kata kunci : Mikroalga, ekstraksi, antioksidan, kosmetik herbal
EKSTRAKSI STEROL DARI ALGA SEBAGAI BAHAN BAKU METHYLPREDNISOLONE
Bumiarto Nugroho Jati
Retno Yunilawati
Dwinna Rahmi
Silvie Ardhanie A.
Chicha Nuraeni
Eva Oktarina
EKSTRAKSI STEROL DARI ALGA SEBAGAI BAHAN BAKU METHYLPREDNISOLONE
Ketergantungan Indonesia akan bahan baku farmasi menyebabkan terhambatnya daya saing
Indonesia dengan negara lain, salah satu bahan baku tersebut adalah methylprednisolone.
Methylprednisolon dapat disintesis dari sterol yang berasal dari alga. Kondisi tropis Indonesia
berpotensi untuk mengembangbiakkan berbagai jenis alga. Diketahui kandungan sterol dalam
beberapa jenis mikroalga mencapai 95%. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode
ekstraksi sterol dari alga. Strerol dapat digunakan sebagai bahan baku pada proses pembuatan
Methilprednisolon. Obat jenis Methilprednisolon memiliki fungsi sebagai antiinflamasi/
antiradang
PEMBUATAN HIGH SURFACE ACTIVATED CARBON
Siti Agustina, dkk
PEMBUATAN HIGH SURFACE ACTIVATED CARBON
Indonesia merupakan negara yang mempunyai kandungan gas alam yang cukup potensial, gas alam tersebut sebagian diekspor dan sebagian digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi didalam negeri. Pada saat ini gas alam belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan konsumen akan energi, ini dikarenakan keterbatasan jaringan gas. Kebutuhan gas untuk rumah tangga berupa LPG saat ini masih impor, sehingga pemerintah mengeluarkan subsidi untuk memenuhi kebutuhan gas untuk rumah tangga. Dalam rangka mengurangi subsidi pemerintah akan gas untuk rumah tangga, maka dilakukan penyimpanan gas dengan menggunakan teknologi ANG (Adsorpsi Natural Gas). Teknologi ini menggunakan karbon aktif yang mempunyai luas permukaan yang tinggi (HSAC). Karbon aktif pada umumnya dibuat dari biomassa, misalnya tempurung kelapa, cangkang sawit, tongkol jagung, dll. Pada penelitian ini menggunakan tongkol jagung yang merupakan hasil samping perkebunan jagung, dengan jenis jagung untuk pakan ternak, yang selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Beberapa tahapan proses yang dilakukan adalah proses karbonisasi, pencucian, aktivasi, pencucian, pengeringan dan pengecilan partikel. Variabel yang digunakan adalah metode pembakaran ( tanur terbuka, tanur tertutup dan reaktor dengan nitrogen), suhu, konsentrasi dan waktu. Selanjutnya karbon aktif dianalisa daya serap iodium, daya serap metilen biru, luas permukaan, kristalisasi, penampang luas permukaan dan kandungan yang terdapat didalam karbon aktif. Hasil menunjukkan bahwa, pada metoda furnace tertutup mendapatkan nilai BET (Surface area) yang tinggi dan daya serap Iodium yang tinggi.
Kata kunci: adsoprsi, karbon aktif , HSAC, tongkol jagung
PENGKAJIAN SPESIFIKASI KEMASAN TRANSPOR (KOTAK KARTON GELOMBANG/KKG) DAN UNIT LOAD SYSTEMS (ULS) UNTUK PELUMAS PRODUKSI PERTAMINA LUBRICANTS (Termin 1)
Arief Riyanto, dkk
PENGKAJIAN SPESIFIKASI KEMASAN TRANSPOR (KOTAK KARTON GELOMBANG/KKG) DAN UNIT LOAD SYSTEMS (ULS) UNTUK PELUMAS PRODUKSI PERTAMINA LUBRICANTS (Termin 1)
Telah dilakukan kegiatan termin pertama (2017) pengkajian spesifikasi kemasan transport (KKG) dan unit load systemuntuk pelumas produksi Pertamina Lubricants yang meliputi tahap observasi kondisi existing dan mapping serta sampling produk produsen KKG. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kondisi yang saat ini berlaku di Pertamina Lubricants Unit Produksi Jakarta, Gudang Nusantara Jakarta, Unit Produksi Gresik serta gudang Nusantara Surabaya serta mengetahui kompetensi produsen KKG di Indonesia. Tahapan observasi meliputi area gudang incoming material packaging, area packing produk, area gudang produksi, area gudang nusantara, proseshandling dan proses transportasi. Adapun mapping menggunakan media kuisioner dan sampling produk untuk diuji di Laboratorium Kemasan BBKK.
1. Dari analisis hasil kegiatan pada tahapan tersebut didapatkan informasi (1)hasil uji bahan KG yang memenuhi SNI 1439:2010 hanya KKG 6x0,8L Gen 5B. Yang tidak memenuhi syarat minimal ECT adalah KKG 6x1L Gen 5B dan KKG 24x0,8L Gen IV. Untuk KKG 2x10L Gen IV semua memenuhi kecuali nilai uji bursting. Sedangkan KKG 6x4L Gen VI yang tidak memenuhi syarat minimal adalah nilai gramatur total lainer dan uji bursting, (2) hasil uji BCT untuk semua varian KKG masih dibawah persyaratan minimal yang ditetapkan Pertamina Lubricants, (3) jumlah tumpukan maksimal yang tertera pada label tidak sesuai dengan nilai minimum BCT yang dipersyaratkan kecuali pada KKG 6x0,8L Gen 5B dan KKG 20x1L Gen IV, dan (4) hanya KKG 6x0,8L Gen 5B yang memenuhi jumlah maksimal tumpukan sesuai pada label dan praktek penumpukan pada container, wing box dan gudang produksi.
Berdasarkan analisis keseluruhan dan diskusi, ditentukan spesifikasi alternatif KKG dengan variabel kajian adalah komposisi penyusun KG (gramatur) dan supplier. Terdapat 21 varian KKG dari 2 pembuat KKG yangberbeda.
Untuk dapat menentukan rekomendasi spesifikasi KKG dan unit load system yang optimal bagi Pertamina Lubricants maka perlu dilakukan beberapa hal (2018) yaitu (1)
melakukan observasi kembali ke Unit Produksi dan Gudang Nusantara untuk melengkapi data yang masih belum lengkap, (2) melanjutkan konfirmasi kepada produsen KKG untuk pengisian kuisioner dan ijin kunjungan/sampling produk, (3) melakukan diskusi dengan PT Pertamina Lubricants untuk menentukan reference jumlah tumpukkan maksimal KKG, (4) melakukan riset terhadap pengaruh lama penyimpanan KKG di gudang incoming material terhadap nilai cobb test, (5) melakukan uji simulasi transportasi KKG hasil penentuan spesifikasi sementara untuk mendapatkan spesifikasi KKG yang optimum, dan (6) melakukan uji distribusi riil KKG hasil tahap sebelumnya untuk mengetahui pengaruh faktor faktor pada unit load system.
Kata kunci: kemasan transport, pelumas, unit load system, kotak karton gelombang (KKG)
Strategy Establishment for the Raw Materials (Empty Fruit Bunch) Securement with Economic Feasibility and Business Environment Assessment for the Commercialization of Biomass Cogeneration considering the Business Environment in Indonesia
Roy Sianipar
Suryo Irawan
Evana Yuanita
Wiwik Pudjiastuti
Nur Hidayati
Agustina Arianita Cahyaningtyas
Bunda Amalia
Strategy Establishment for the Raw Materials (Empty Fruit Bunch) Securement with Economic Feasibility and Business Environment Assessment for the Commercialization of Biomass Cogeneration considering the Business Environment in Indonesia
Telah dilakukan kegiatan kelembagaan kerjasama penelitian antara BBKK dan KITECH Korea Selatan. Kerjasama penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status pasaran tandan kosong kelapa sawit secara komersial, meningkatkan nilai tambah tandan kosong kelapa sawit sebagai sumber energi yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan survei dan kunjungan langsung ke perusahaan atau industri yang terkait dengan penelitian, budidaya dan pengolahan kelapa sawit. Hasil survei menunjukan bahwa penelitian dan pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebagai sumber energi belum banyak dilakukan dan belum banyak digunakan di industri pengolahan kelapa sawit karena kadar air TKKS masih cukup tinggi, kurang efektif apabila digunakan secara langsung sebagai sumber energi tanpa pengolahan awal. Sumber energi dengan bahan baku biomass yang saat ini digunakan oleh industri pengolahan kelapa sawit adalah menggunakan cangkang dan fiber karena dapat langsung digunakan tanpa pengolahan awal seperti TKKS. Proses pengolahan TKKS menjadi serabut dan pengeringan yang dilakukan oleh PPKS, Medan dan PT Prosympac Agro Lestari, Jambi memberikan pengaruh yang cukup besar pada nilai kalor, yaitu diatas 4270 dan 4011 cal/gram, sedangkan dari TKKS dari daerah Banjarmasin dengan kadar karbon paling besar, 69,56 % meskipun dengan kadar air lebih besar, 12,4%, memiliki nilai kalor 4237 cal/gram, sedikit di bawah nilai kalor cangkang sawit sebesar 4700 cal/gram.
Kata Kunci : kelapa sawit, tandan kosong, biomass, energi, nilai kalor
KERJASAMA RBPI
Arief Riyanto, dkk
KERJASAMA RBPI
Pengembangan Grand Design Laboratorium Kemasan BBKK
Roni Cristiono, dkk
Pengembangan Grand Design Laboratorium Kemasan BBKK
Pengembangan Grand Design Laboratorium Kemasan BBKK dimaksudkan untuk menyiapkan rencana pembenahan laboratorium kemasan BBKK untuk menjadikan laboratorium kemasan BBKK sebagai satu-satunya laboratorium terlengkap, terkemuka di Indonesia sejalan dengan visi BBKK yaitu "Tahun 2020 BBKK menjadi Institusi terkemuka dalam bidang kimia dan kemasan". Kegiatan yang dilakukan meliputi evaluasi menyeluruh terhadap kondisi laboratorium saat ini yang meliputi sumber daya manusia, metoda uji, peralatan uji dan sarana prasarana pendukung. Dari hasil evaluasi dapat disususn Road Map Pengembangan Laboratorium Kemasan yang akan dijadikan acuan dalam pengembangan laboratorium kemasan BBKK yang akan dilaksanakan tahun 2017 sampai dengan tahun 2020.
Kata Kunci : grand design; laboratorium kemasan
OPTIMASI EKSTRAKSI BAHAN AKTIF MIKROALGA SEBAGAI ANTIOKSIDAN DAN APLIKASINYA UNTUK INDUSTRI KOSMETIK
Siti Agustina
Novi Nur Aidha
Eva Oktarina
OPTIMASI EKSTRAKSI BAHAN AKTIF MIKROALGA SEBAGAI ANTIOKSIDAN DAN APLIKASINYA UNTUK INDUSTRI KOSMETIK
Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi dalam pengembangan mikroalga. Mikroalga mengandung bahan aktif berupa antioksidan yang merupakan fine chemical dapat digunakan untuk kosmetik dan obat-obatan. Antioksidan pada mikroalga terdiri dari fikosianin, karoten, dan klorofil yang dapat berfungsi untuk meregenerasi sel kulit, mencerahkan kulit, mencegah radikal bebas dan mengencangkan kulit serta mencegah penuaan dini. Sehingga perlu dilakukan pengembangan dalam pemanfaatan bahan aktif mikroalga untuk industri kosmetik. Potensi pasar kosmetik herbal menunjukkan peningkatan secara signifikan. Dalam mendapatkan bahan aktif mikroalga dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu ultrasonikasi, maserasi dan ekstraksi superkritikal CO2. Keuntungan dari superkritikal CO2 adalah tidak melalui proses dengan suhu yang tinggi sehingga tidak merusak komponen bahan aktif pada mikroalga. Mikroalga (Spirulina atau Chlorella) yang mengandung antioksidan alami dapat digunakan menjadi produk kosmetik herbal. Pada penelitian ini didapatkan 3 metode untuk mengekstrak bahan aktif dari Spirulina yaitu metode ultrasonikasi, maserasi dan metode superkritik CO2. Penggunaan metode tersebut berdasarkan sifat bahan aktif yang diekstrak, sonikasi dan maserasi akan menghasilkan bahan aktif dominan berupa fikosianin dan sedikit klorofil yang bersifat polar. Pada metode sonikasi didapatkan kadar fikosianin tertinggi adalah 18,752 µg/ml dan klorofil 4,301 µg/ml dengan pelarut air 10%. Metode maserasi menghasilkan kadar fikosianin tertinggi dengan menggunakan pelarut buffer pH 7 yaitu sebesar 10,125 µg/ml dan kadar klorofil tertinggi menggunakan pelarut buffer pH 10 sebesar 3,34 µg/ml. Metode ekstraksi superkritik CO2 menghasilkan bahan aktif dominan berupa karoten dan klorofil yang cenderung bersifat non polar. Pada penelitian ini didapatkan kondisi proses ekstraksi optimal menggunakan metode superkritik CO2 adalah suhu 50 ⁰C, tekanan 23,32 bar, dan waktu selama 60 menit. Pada kondisi optimal tersebut didapatkan kadar karoten 95,84 µg/ml dan klorofil 495,6 µg/ml, dengan nilai aktivitas antioksidan (IC 50) paling rendah yaitu 2,66 mg/ml. Nilai IC 50 berbanding terbalik dengan kadar aktivitas antioksidan, semakin rendah nilai IC 50 maka semakin kuat aktivitas antioksidannya. Padatan residu dari proses superkritik CO2 setelah dilakukan analisa logam berat dan mikrobiologi ALT, untuk proses dengan kondisi suhu 50 ˚C - 51 ˚C, tekanan 25 bar, dan waktu 120 menit - 240 menit; dan suhu 60 ˚C - 61 ˚C, tekanan 25 bar - 26,3 bar dan waktu 60 menit - 240 menit telah memenuhi batasan maksimum sesuai peraturan BPOM. Sehingga padatan tersebut dapat dimanfaatkan kembali. Ekstrak mikroalga dalam bentuk serbuk dapat diperoleh dengan menggunakan freeze dryer maupun spray dryer. Ekstrak tersebut telah diaplikasikan pada industrikosmetik dalam bentuk lotion. Analisis finansial menunjukkan industri mikroalga layak dikembangkan sebagai industri ekstrak bahan alami menunjang industri kosmetik dan farmasi. Penelitian ini telah dilakukan penilaian teknometer dengan nilai TRL 6.
Kata kunci : Mikroalga, Ekstraksi, Antioksidan, Kosmetik herbal
EKSTRAKSI STEROL DARI ALGA SEBAGAI BAHAN BAKU METHYLPREDNISOLONE
Bumiarto Nugroho Jati
Retno Yunilawati
Dwinna Rahmi
Silvie Ardhanie A.
Chicha Nuraeni
Eva Oktarina
EKSTRAKSI STEROL DARI ALGA SEBAGAI BAHAN BAKU METHYLPREDNISOLONE
Ketergantungan Indonesia akan bahan baku farmasi menyebabkan terhambatnya daya saing Indonesia dengan negara lain, salah satu bahan baku tersebut adalah methylprednisolone. Methylprednisolon dapat disintesis dari sterol yang berasal dari alga. Kondisi tropis Indonesia berpotensi untuk mengembangbiakkan berbagai jenis alga. Diketahui kandungan sterol dalam beberapa jenis mikroalga mencapai 95%. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode ekstraksi sterol dari alga laut. Alga laut yang dieksplorasi dalam penelitian ini meliputi makroalga dan mikroalga. Makroalga yang digunakan berasal dari Pantai Binuangeun, dengan jumlah 14 spesies yang terbagi dalam alga coklat, alga hijau, dan alga merah. Hasil fitokimia menunjukan semua makroalga positif mengandung sterol, tetapi kandungan lemaknya sangat rendahsehingga tidak dijadikan sebagai sumber sterol pada penelitian ini. Selanjutnya mikroalga yang digunakan meliputi Nannochloropsis, Botryococcus, Skeletonema, Spirullina, dan Chlorella. Semua mikroalga tesebut positif mengandung sterol dengan kadar lemak tertinggi adalah Nannochloropsis serbuk sehingga mikroalga ini yang digunakan sebagai bahan baku dalam penelitian ini. Optimasi waktu ekstraksi lemak pada Nannochloropsis menunjukkan bahwa waktu terpendek untuk mencapai ekstrak maksimum adalah 25 jam. Dari Nannochloropsis ini dihasilkan sterol dengan kadar 91,96 % yang terdiri dari compesterol (C28H48O), stigmasterol (C29H48O), γ-sitosterol (C29H50)
Kata Kunci :Alga, Nannochloropsis, Sterol
OPTIMALISASI PROSES PEMURNIAN ILMENIT MENJADI TiO2 DAN PEMANFAATAN HASIL SAMPING Fe2O3 SEBAGAI ZAT WARNA
Silvie Ardhanie Aviandharie
Rahyani Ermawati
Siti Naimah
Bumiarto Nugroho Jati
Novi Nur Aidha
Agustina Arianita Cahyaningtyas
Mangala Tua Marpaung
Yemirta
OPTIMALISASI PROSES PEMURNIAN ILMENIT MENJADI TiO2 DAN PEMANFAATAN HASIL SAMPING Fe2O3 SEBAGAI ZAT WARNA
Hasil samping industri timah di Bangka sangat melimpah dan memiliki potensi yang sangat besar. Ilmenite sebagai salah satu hasil samping industri timah berpotensi sebagai bahan dasar titanium dioksida. Titanium dioksida sebagai bahan penolong industri kimia dapat diaplikasikan pada berbagai macam industri antara lain sebagai pigmen pemutih, filler pada industri plastik, pigmen warna superior, bahan utama keramik untuk elektronik (BaTiO3), bahan baku untuk pembuatan TiO2 polimeric precusor, pelapisan optik (film-optic), bahan eletro optik, katalis, maupun anti mikroba. Disamping itu, hasil samping proses yang berupa Fe2O3 juga dapat dipakai sebagai pigmen berwarna merah pada industri cat. Pada penelitian ini BBKK sebagai lembaga penelitian bidang kimia, akan melakukan pemurnian ilmenite dari hasil samping proses pengolahan timah menjadi titanium dioksida dengan kemurnian standar minimal yang dipersyaratkan. Penelitian pendahuluan yang dilakukan di BBKK untuk ekstraksi ilmenit dari PT. Timah Bangka dengan hasil TiO2 masih ± 66 % belum sesuai yang diharapkan. Tahap pemurnian yang dilakukan pada penelitian ini melalui tiga metode yaitu metode releaching, roasting, dan proses pendahuluan smelting. Proses leaching menggunakan bahan pelarut asam sulfat. Kadar TiO2 yang didapatkan pada proses releaching tersebut sebesar 83,636 % sedangkan kadar Fe2O3 sebesar 95%. Pada proses roasting dicampur dengan garam alkali Na2CO3. Kadar TiO2 yang didapatkan dengan roasting Na2CO3 adalah sebesar 81 %. Metode optimal dari kedua metode ini sudah diperoleh dengan TiO2 sesuai standar minimal yang disyaratkan ASTM D 476 dan Fe2O3 sudah sesuai standar minimal Huntsman pigment products. Proses pendahuluan metode smelting untuk tahun 2019 sudah dilakukan pada November 2018 ini dan hasilnya diperoleh TiO2 slag sebesar 68%. Proses smelting ini selain diperoleh slag TiO2 juga diperoleh hasil samping logam Fe dan Ti yang berfungsi sebagai logam .
Kata kunci : Timah, ilmenite, TiO2, Fe2O3, pigmen
SCALE-UP PEMBUATAN POLIGLISEROL AMIN PHTALAT
Dwinna Rahmi, dkk
SCALE-UP PEMBUATAN POLIGLISEROL AMIN PHTALAT
Pembesaran skala dibagi dua yaitu scale-up dan enlargement. Scale-up merupakan pembesaran skala dengan mempertahankan kondisi proses untuk mendapatkan hasil dengan mutu yang sama. Alat dan mesin dirancang dan ditetapkan dalam “full processing line” kepada kondisi proses. Enlargement merupakan pembesaran skala yang menyesuaikan pada keadaan alat dan mesin untuk menghasilkan jumlah yang lebih banyak. Alat dan mesin ditetapkan berdasarkan “individual function”. Dari definisi diatas penelitian ini lebih mendekati pada enlargement.
Melanjutkan penelitian tahun lalu yaitu pembuatan poligliserol amin yang diperbesar skala dari 1 L menjadi 18 L, produknya diteruskan menjadi poligliserol amin phtalat yang selanjutkan dikenal dengan alkyd resin amin. Tahapan yang dilakukan yaitu optimalisasi alat dan optimalisasi proses. Optimalisasi alat meliputi desain, instalisasi dan ujicoba sedangkan optimalisasi proses meliputi pembuatan alkyd resin dan alkyd resin amin. Alkyd resin dibuat dengan cara memanaskan poligliserol/gliserol, drying oil, phtalic anhydrat pada suhu 207oC selama 8 jam, lalu diaminasi selama 3 jam. Alkyd resin banyak digunakan pada bidang coating/cat sebagai binder. Didapatkan produk alkyd resin dan alkyd resin amin berupa polimer dengan berat molekul 1.528 dan 1.327. Produk akan segera kering ketika kena udara.
Kata kunci : Optimalisasi proses, alkyd resin, alkyd resin amin, scale up, coating/cat.
ESTABLISHMENT OF MEASURING/MONITORING SYSTEM FOR PM 2.5-10 AT INDUSTRIAL PARKS IN INDONESIA (DESEMBER REPORT)
Rahyani Ermawati
Ervina M
Yesy Komalasari
Auliyah Ariani
Fita Sefriana
Ilham Fauzi
Indra Lukman Syah
Ira Setiawati
ESTABLISHMENT OF MEASURING/MONITORING SYSTEM FOR PM 2.5-10 AT INDUSTRIAL PARKS IN INDONESIA (DESEMBER REPORT)
PENGKAJIAN SPESIFIKASI KEMASAN TRANSPOR (KOTAK KARTON GELOMBANG) DAN UNIT LOAD SYSTEM UNTUK PELUMAS PRODUKSIPERTAMINA LUBRICANTS
Arief Riyanto, dkk
PENGKAJIAN SPESIFIKASI KEMASAN TRANSPOR (KOTAK KARTON GELOMBANG) DAN UNIT LOAD SYSTEM UNTUK PELUMAS PRODUKSIPERTAMINA LUBRICANTS
Telah dilakukan kegiatan pengkajian kemasan transpor kotak karton gelombang (KKG) dan unit load system pelumas produksi PT Pertamina Lubricants untuk tahun anggaran 2018. Kegiatan ini bertujuan (1) mendapatkan rekomendasi mengenai spesifikasi KKG ukuran 24x0,8L;20x1L 4x5L dan 2x10L untuk botol generasi IV serta KKG ukuran 6x0.8L; 6x1L; 20x1L; 6x4L dan 4x5L untuk botol generasi VII (2) rekomendasi mengenai unit load system (ULS) meliputi proses packing, handling, palletizing, warehousing dan transportation.
Pengkajian ini dilaksanakan melalui tahapan (1) pengujian bahan karton gelombang KKG existing; (2) pengujian simulasi beberapa varian KKG untuk masing masing jenis KKG yang dikaji; (3) observasi kondisi existing warehouse, palletizing, handling dll; (4) mapping dan sampling produsen KKG; (5) uji KKG simulasi; (6) uji KKG produk pesaing; (7) ujicoba distribusi riil melalui rute PUJ – GN. Plumpang- GN. Pasar Turi-DSP Jayapura serta rute PUG – GN. Pasar Turi – DSP Makassar.
Kegiatan ini telah menghasilkan rekomendasi untuk spesifikasi KKG baik generasi IV maupun VII, rekomendasi tata cara/ kondisi penyimpanan di gudang KKG (incoming packaging material) serta metode handling produk pelumas dalam KKG menggunakan palet, di proses produksi maupun pada handling di gudang produksi.
Keywords: kotak karton gelombang, unit load system, pertamina lubricants
Optimalisasi Pemurnian Ilmenite Menjadi TiO2 Dengan Proses Smelting
Silvie Ardhanie Aviandharie
Optimalisasi Pemurnian Ilmenite Menjadi TiO2 Dengan Proses Smelting
Identifikasi antioksidan minyak atsiri sebagai penelitian awal pengembangan minyak atsiri sebagai antioksidan cosmeceuticals
Dwinna Rahmi
Identifikasi antioksidan minyak atsiri sebagai penelitian awal pengembangan minyak atsiri sebagai antioksidan cosmeceuticals
Teknologi Kemasan Pintar Berbasis Green Lable
Bunda Amalia
Teknologi Kemasan Pintar Berbasis Green Lable
Penerapan Teknologi Ekstraksi Superkritikal CO2 pada Alga sebagai Biopigmen untuk Industri Kosmetik Berorientasi Ekspor
Siti Agustina
Penerapan Teknologi Ekstraksi Superkritikal CO2 pada Alga sebagai Biopigmen untuk Industri Kosmetik Berorientasi Ekspor
Optimalisasi Pemurnian Ilmenite Menjadi TiO2 Dengan Proses Smelting
Silvie Ardhanie Aviandharie
Optimalisasi Pemurnian Ilmenite Menjadi TiO2 Dengan Proses Smelting
Rekayasa Sistem Penggerak, Kontrol dan Monitor untuk Alat Uji Kompresi Kemasan Transpor
Arief Riyanto
Mangala TM
Jiwo Hutomo H
Agung Adiseno AP
Dewi Fatimah
Irwinanita
Roni Christiono
Triatmojo Budi Santoso
Rekayasa Sistem Penggerak, Kontrol dan Monitor untuk Alat Uji Kompresi Kemasan Transpor
Industri kemasan transport Dangerous Goods (DG) maupun Non Dangerous Goods (NDG) harus sudah memiliki sertifikasi UN Marking untuk produk yang dikeluarkannya, salah satunya kemasan jumbo bag Flexible Intermediate Bulk Container (FIBC) yang cukup banyak diproduksi di Indonesia. Namun Indonesia belum mampu melakukan sertifikasi UN dikarenakan belum adanya lembaga uji yang mampu melayani rangkaian pengujian sesuai dengan standard Internasional. BBKK sebagai satu-satunya lembaga pemerintah yang berkompetensi dalam bidang pengujian Kemasan berkomitmen untuk menyediakan rangkaian pengujian FIBC guna memenuhi kebutuhan industri FIBC tersebut. Untuk tahun 2019, perlu dilengkapi komponen pendukung sistim penggerak dan monitor pada konstruksi alat uji kompressi yang sudah dibuat pada tahun 2018. Alat ini dirancang sesuai dengan regulasi ISO 21898:2004(E) dan UN melalui standard IATA, IMDG ataupun ADR, dan juga dapat digunakan untuk menguji kemasan Pallet. Untuk menjamin hasil pengukuran yang lebih akurat maka alat uji ini dilengkapi dengan menggunakan sistim penggerak Hydraulic dan Power Pack yang dikontrol dan dimonitor dengan menggunakan sistim komputer dan Progammable Logic Controller (PLC)
Kata Kunci: hydraulic, uji kompressi, FIBC, pallet, kemasan transpor
Pembuatan Sachet Antimikroba dengan Bahan Aktif dari Minyak Atsiri
Chicha Nuraeni
Pembuatan Sachet Antimikroba dengan Bahan Aktif dari Minyak Atsiri
Pilot Plant Proses Esktraksi Bahan Aktif Mikroalga sebagai Antioksidan
Siti Agustina
Pilot Plant Proses Esktraksi Bahan Aktif Mikroalga sebagai Antioksidan