Artikel

BBKK in 2019 KAPAR Conference, South of Korea

BBKK in 2019 KAPAR Conference, South of Korea

Penulis: Ira Setiawati - Balai Besar Kimia dan Kemasan

Annyeonghaseyo~~! BBKK sebagai salah satu unit kerja dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin), telah melakukan kerja sama dalam kegiatan penelitian mengenai pengukuran kualitas udara debu partikulat dengan Aerosol Research and Technology Plus (ART Plus) dari Korea Selatan sejak tahun 2018. Dalam rangkaian kegiatan kerjasama tersebut, BBKK mendapat undangan sebagai presenter dan peserta dalam ?2019 Korean Association for Particle and Aerosol Research (KAPAR) Conference? yang diadakan di Yongpyong Resort, Pyeongchang, Korea Selatan, pada tanggal 3-5 Juli 2019. Konferensi tersebut dihadiri oleh mahasiswa, dosen, dan peneliti baik dari Korea Selatan maupun dari negara-negara lain seperti Indonesia dan China. Delegasi dari Indonesia yang hadir adalah Kepala Badan Standardisasi Nasional atau BSN (Bambang Prasetya), Deputi Bidang Pengembangan Standar BSN (Nasrudin Irawan), Direktur Sistem Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian BSN (Konny Sagala), Kepala Puslitbang IKFLMATE Kemenperin (Sony Sulaksono), Kepala Baristand Industri Medan Kemenperin (M. Nilzam), Peneliti BBKK Kemenperin (Ira Setiawati) dan Penguji Mutu Barang BBKK Kemenperin (Ilham Fauzi).

Gambar 1. Foto bersama delegasi Indonesia dengan anggota KAPAR dan ART Plus saat pembukaan "2019 Korean Association for Particle and Aerosol Research (KAPAR) Conference".

Dalam kesempatan tersebut, Kepala BSN (Bambang Prasetya) menjadi Keynote Speaker dan menyampaikan pidato mengenai perkembangan standar dan penilaian kesesuaian untuk lingkup aerosol di Indonesia. Selain itu, Kepala Baristand Industri Medan (M. Nilzam) melakukan penandatanganan MoU dengan ART Plus untuk kerjasama riset pengujian mutu lingkungan. Sedangkan, delegasi dari BBKK mempublikasikan hasil penelitian mengenai debu partikulat dengan judul sebagai berikut:

a. "Morphology and Elemental Characteristic of Atmospheric Particulate Matter from Steel Industry in Indonesia" dipresentasikan oleh Ira Setiawati, Peneliti Ahli Pertama (Gambar 2a) dan dipublikasikan di Prosiding KAPAR 2019.

  • Tujuan penelitian yang dipublikasikan ini adalah melakukan karakterisasi sampel partikel debu kasar (PM10) dan halus (PM2,5) yang dikumpulkan dari empat lokasi pengambilan sampel di industri baja di Indonesia (area gerbang utama, area hot strip mill, area billet post, dan area hot blast plant) selama periode studi September 2018 - Januari 2019. 
  • Hasil karakterisasi dengan menggunakan instrument Scanning Electron Microscopy (SEM) dan Energy Dispersive Spectrometry (EDS) menunjukkan hasil morfologi partikel debu diklasifikasikan menjadi partikel jelaga, partikel mineral, tarball, fly ash, aluminosilikat/silika, dan partikel kaya fluor/karbon. Sedangkan komposisi unsur partikel dalam fraksi kasar (PM10) didominasi oleh partikel kaya Oksigen dan Silika, dan fraksi halus (PM2.5) didominasi oleh partikel kaya Fluor dan Karbon, dimana karakteristik ini sebagian besar terkait dengan jenis polusi yang dihasilkan oleh cerobong pabrik terdekat dengan lokasi pengambilan sampel. Gambar 2a

b. "Distribution Fraction of PM10 and PM2.5 in Steel Industry, Indonesia" dipresentasikan oleh Ilham Fauzi, Penguji Mutu Barang Ahli Terampil (Gambar 2b) dan dipublikasikan di Prosiding KAPAR 2019.

  • Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui jenis partikel yang lebih banyak terkandung dalam polusi udara di industri baja, yang dikumpulkan dari empat lokasi pengambilan sampel di industri baja di Indonesia (area gerbang utama, area hot strip mill, area billet post, dan area hot blast plant) selama periode studi September 2018 - Januari 2019. 
  • Dalam pemaparan ilmiah ini dijelaskan hubungan antara debu fraksi kasar (PM10) dengan debu fraksi halus (PM2.5) di industri baja. Hasilnya adalah distribusi fraksi PM2,5 berada pada kisaran 16-49 % fraksi PM10 dan distribusi fraksi PM10-2,5 berada pada kisaran 51-84 % fraksi PM10, serta dihasilkan bahwa PM10 memiliki proporsi lebih besar dari PM2,5 untuk industri baja di Indonesia. Gambar 2b

Publikasi ilmiah yang ditampilkan dalam konferensi tersebut dibagi menjadi 2 kategori, yaitu publikasi berbentuk poster dan publikasi dengan presentasi langsung. Tema penelitian yang dipaparkan dalam konferensi ini antara lain yaitu atmosfer, air cleaning, material, nanopartikel, transportasi, partikel debu, generator partikel debu, bioaerosol, pengukuran dan instrumentasi, lingkungan atmosfer dan lingkungan di dalam ruangan.

Kedua judul publikasi dari BBKK termasuk dalam tema partikel debu, dengan istilah ilmiahnya adalah PM. PM adalah kependekan dari particulate matter (juga disebut polusi partikel): istilah untuk campuran partikel padat dan tetesan cairan yang ditemukan di udara. Beberapa partikel, seperti debu, kotoran, jelaga, atau asap, berukuran besar atau cukup gelap untuk dilihat dengan mata telanjang. Lainnya sangat kecil sehingga hanya dapat dideteksi menggunakan mikroskop elektron. Polusi partikel termasuk PM10 dan PM2,5. PM10 adalah partikel kasar yang dapat dihirup, dengan diameter yang umumnya 10 mikrometer dan lebih kecil; dan PM2,5 adalah partikel halus yang dapat terhirup, dengan diameter yang umumnya 2,5 mikrometer dan lebih kecil. Partikel-partikel ini datang dalam berbagai ukuran dan bentuk serta dapat terdiri dari ratusan bahan kimia yang berbeda. Beberapa dipancarkan langsung dari sumber, seperti lokasi konstruksi, jalan yang tidak beraspal, ladang, cerobong asap atau kebakaran. Sebagian besar partikel terbentuk di atmosfer sebagai akibat dari reaksi kompleks bahan kimia seperti sulfur dioksida dan nitrogen oksida, yang merupakan polutan yang dipancarkan dari pembangkit listrik, industri dan mobil (USEPA, 2018).

Secara keseluruhan, konferensi tersebut membahas bahwa pentingnya penelitian di bidang partikel dan aerosol karena zat-zat tersebut dapat berada di udara lingkungan bebas sehingga perlu perhatian dan penanganan khusus agar tidak mengganggu kesehatan manusia.

Hasil kegiatan konferensi ini memberikan banyak manfaat bagi BBKK yaitu:

a. Pentingnya para peneliti melakukan presentasi hasil riset mereka dalam seminar atau konferensi tingkat internasional, untuk mendapatkan masukan dalam skala internasional.

b. Kemungkinan mendapatkan kerjasama dan pendanaan riset di tingkat internasional

c. Mengembangkan jejaring internasional, agar BBKK lebih dikenal lagi

Disela-sela kesibukan acara konferensi, delegasi Indonesia bersama anggota ART Plus juga melakukan kunjungan ke kantor Korean Conformity Laboratories atau KCL (Gambar 3); merasakan lingkungan yang sangat alami di Daegwallyeong Samyang Farm, peternakan terbesar di Asia yang berada di ketinggian 850 hingga 1.140 m (Gambar 4abc); dan berkesempatan mengabadikan momen kebersamaan di Taman Nasional Gunung Seorak, salah satu gunung tertinggi di Korea Selatan, sambil meneriakkan yel ?Insan Oke, Bangga Memakai SNI? (Gambar 5). Gambar 3. Foto bersama saat kunjungan ke kantor KCL.

Gambar 4a

Gambar 4b

Gambar 4c

Gambar 4. Delegasi Kemenperin RI dan BSN bersama anggota ART Plus dan KCL di Daegwallyeong Samyang Farm, Pyeongchang, Korea Selatan.

Gambar 5. Foto bersama di Taman Nasional Gunung Seorak, Korea Selatan.

Share: