Artikel

Migrasi Kemasan Pangan

Migrasi Kemasan Pangan

Penulis: Ristika Andrieti - Balai Besar Kimia dan Kemasan

Pada umumnya setiap produk pangan akan dikemas menggunakan suatu kemasan yang disebut dengan Kemasan Pangan. Kemasan pangan merupakan kemasan yang digunakan untuk mengemas/mewadahi suatu produk, baik yang bersentuhan langsung maupun tidak langsung dengan produk. Selain untuk mengemas dan mewadahi, kemasan pangan bertujuan untuk melindungi produk yang dikemas baik dari kontaminasi kimia, fisika dan mikrobiologi serta untuk menjaga kualitas produk selama penyimpanan. Selain untuk alasan keamanan, kemasan juga menjadi salah satu media informasi bagi konsumen dan menjadi daya tarik untuk produk yang dikemas.

Kemasan Pangan sangat beragam macamnya. Dewasa ini penggunaan kemasan untuk produk pangan sangat didominasi oleh plastik. Plastik menjadi salah satu pilihan bagi para produsen karena memiliki banyak keuntungan diantaranya bentuknya yang fleksibel sehingga mudah untuk di modifikasi.  Namun demikian, bagaimanapun modifikasi dan inovasi yang dilakukan, kemasan pangan tersebut tetap harus dapat digunakan tanpa mempengaruhi atau mengkontaminasi produk yang dikemas sehingga aman bagi kesehatan manusia.

Tidak semua kemasan pangan yang beredar terbuat dari bahan yang aman, penggunaan yang tidak sesuai juga dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan. Penggunaan yang tidak sesuai pada suatu kemasan dapat memicu terjadi nya migrasi. Migrasi merupakan proses terjadinya perpindahan suatu zat dari bahan pembentuk kemasan pangan kedalam produk makanan. Migrasi yang terjadi dari suatu kemasan ke dalam produk yang dikemas dapat memberikan dampak terhadap kualitas produk yang dikemas, yaitu mempengaruhi aroma, bau serta rasa dari produk serta memberikan dampak terhadap kesehatan manusia. Apabila komponen atau senyawa yang termigrasi terakumulasi dalam tubuh manusia, maka dapat menyebabkan penyakit seperti kanker dll. Hal ini dikarenakan suatu kemasan pangan yang terbuat dari plastik tersusun dari polimer, yaitu rantai panjang dari satuan-satuan yang lebih kecil yang disebut dengan monomer. Dengan pengaruh panas atau pemakaian yang tidak sesuai, maka polimer tersebut dapat terurai menjadi monomer-monomer yang akan bermigrasi ke dalam produk makanan yang dikemas. Apabila produk makanan tersebut dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh, maka monomer yang bermigrasi juga akan terakumulasi dalam tubuh. Monomer-monomer ini tidak dapat larut dalam air sehingga tidak dapat dibuang keluar baik melalui urine dan kotoran. Penumpukan monomer dalam tubuh inilah yang dapat memicu munculnya kanker.

Migrasi yang terjadi pada suatu kemasan terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Global Migrasi

Global migrasi merupakan hasil perpindahan semua komponen dari suatu kemasan dimana tidak dibedakan komponen tersebut berbahaya atau tidak bagi kesehatan manusia. Sumber bahan, jenis senyawa dan zat yang bermigrasi dari suatu kemasan dapat berupa residu reaksi polimerisasi (monomer, katalis, pelarut dll), bahan-bahan tambahan (stabilizer, plasticizer, filler) serta logam-logam berat termigrasi ( Pb, Cd, Hg, Cr6+).

2. Spesifik migrasi

Berbeda dengan global migrasi, pada spesifik migrasi komponen yang berpindah dari suatu kemasan kedalam produk sudah diketahui dan membahayakan bagi kesehatan manusia. Contoh dari spesifik migrasi ini adalah monomer-monomer dari kemasan  seperti Monomer VCM (Vinil Chloride Monomer) pada Kemasan PVC dan Monomer Stirena pada kemasan Polystirena.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi migrasi, diantara nya:

a) Durasi kontak antara kemasan dengan produk

b) Suhu kontak antara kemasan dengan produk.

c) Luas permukaan kontak 

d) Bahan pangan yang agresif

Migrasi dapat meningkat apabila waktu kontak antara kemasan dengan produk yang dikemas meningkat. Semakin lama suatu produk dikemas dengan menggunakan suatu jenis kemasan memungkinkan migrasi yang terjadi semakin besar. Migrasi juga dipercepat dengan adanya panas. Bila suhu ditingkatkan, migrasi akan lebih tinggi. Bahan yang berbeda seharusnya digunakan dalam kondisi yang berbeda. Hal ini dikarenakan masing-masing jenis kemasan pangan terutama plastik memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda. Selain waktu kontak dan suhu, tipe pangan juga berpengaruh terhadap migrasi yang dihasilkan. Tipe pangan yang tercantum dalam Peraturan Kepala BPOM RI No. HK 03.1.23.07.11.6664 tahun 2011 tentang batas kemasan pangan mengacu pada tipe pangan yang digunakan di US FDA. Tipe pangan tersebut diklasifikasikan menjadi pangan berair, asam, beralkohol dan berlemak. Tipe pangan ini sangat penting untuk diketahui dalam menentukan simulan pangan yang akan digunakan pada saat pengujian migrasi.   Ada beberapa standar acuan yang digunakan untuk menentukan ambang batas migrasi yang diperbolehkan, diantara nya Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) No. HK. 03.1.23.07.11.6664 tahun 2011, standar EU, dan standar Hygiene. Selain itu, ada juga beberapa Standar Nasional Indonesia (SNI) yang sudah diterbitkan untuk beberapa jenis kemasan pangan, seperti SNI 7323-2008 : Plastik- Wadah makanan dan Minuman – Polystyrene Foam, SNI 19-4370-2004 : Botol Plastik untuk AMDK, SNI 12-4259-2004 : Gelas Plastik untuk AMDK dan SNI 8218-2015 : Kertas dan Karton Untuk Kemasan Pangan.
Share: